Rabu, 19 September 2012

terjemah manaqib


MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0dwlJuw3QJ1iJA7rVsoOklrQaU7LH35OKLsoMYeoSQSIEjph3SapjPqBHEoLt4sXIEm7lfOyB47nb5LbjuIqr9CGnm9D6kHGEVQBUh_Zk-vOtfFf2MdO3heS3_tSMpCQsSl9952Ct44w/s1600/AAAA.jpeg
  1. Kedua Telapak Kakiku ada di punggung setiap Wali Allah Bismilahirrohmaanirrohiim Alhamdu Lilaahi Robbil”aalamiin Asholaatu Wasalaamu ‘ala Sayyidil Mursaliin, Sayidinaa wa Maulanaa Muhammadin wa ‘alaa AaliHi wa ShohbiHi wa ‘alainaa ma’ahum AmiinB Al-Hafid Abu Izza Abdul Mughist bin Harb Al-Baghdadi dan yang lainnya berkata ” Kita biasa hadir di majelis Syeh Abdul Qodir di ribathnya di Baghdad. Umumnya yang menghadiri majelis beliau adalah para Syaikh Iraq diantaranya ; Syaikh Alibin Hiti, Baqa bin Bathu’, Abu Sa’id Al-Qailawi, Musa bin Mahin , Abu NajibAssahrawardi, Abu karam, Abu Umar, Utsman Al Qursyi, Makarim al-Akbar, Mathar, Jaakir, Khalifah, Shidqah, Yahya Murtasyi, Ad-diya Ibrahim al-Juwaini, Abu Abdulah Muhammad al-Qazwaini, dan masih banyak lagi selanjutnya klik di siniAbu Ustman, Umar Ak-Batiahi, Qadib Al- Baan, Abul Abas Ahmad Al-Yamani, Abu Abas Ahmad Al-Qazwaini beserta muridnya Daud yang selalu melaksanakan Shalat fardhu di Makkah, Abu Abdulah Muhammad Al-Khas, Abu Umar, Ustman Al-Iraqi As-Syauki, yang konon merupakan salah seorang Rijal Ghaib ….dan lain sebagainya. Dalam kondisi Spiritual sang Syaikh berkata “Kakiku ini ada di punggung setiap Wali”. Begitu mendengar tersebut Syeh Ali ASl-Hiti langsung bangkit dan meletakkan kaki SyehAbdul Qodir Al-Jailani di pundaknya. Begitu pula dengan yang lain, mereka telah mengulurkan pundaknya untuk melaksanakan hal tersebut. Syeh Ali bin Abi Barakat Shakr bin Shakr meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar ayhnya pernah berkata “Aku penah berkata kepada pamanku Syeh Uday bin Musafir ‘Sepanjang pengetahuan anda selain Syeh Abdul Qodir Al-Jailani adakah para ulama terdahulu yang berkata ‘Kedua kakiku ini ada di pungggung setiap Wali Allah ?’ “Tidak” jawabnya. ‘Jika memang demiian sambungku, lalu apa makna dari perkataan tersebut ?’ Beliau berkata “itu artinya Syeh Abdul Qodir telah mnecapai maqom wali Afrod . ‘Tapi bukankah di setiap generasi terdapat Wali Afrad bantahku lagi. “Benar tapi tidak ada seoranpun yang diperintahkan oleh Allah untuk mengucapkan kalimat ini” jawabnya. ‘Jadi memang beliau diperintahkan untuk mengucapkan kalimat tersebut ? tanyaku. ‘ya’ jawab beliau. Kemudian beliau berkata ‘karena adanya perintah tersebut mereka meletakkan kepala . Bukankah engkau mengetahui bahwa para Malaikat as bersujud kepada Adam karena adanya perintah krpada mereka untuk melaksanakan hal tersebut. Syeh Baqa bin Bathu An-Nahri Al-Maliki berkata ” Syeh Abdul Qodir berkata’kedua kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah’”. Berkenaan dengan itu Syeh Ibrahim dan Syeh Abi Hasan Ali Arrifa’i al-Bathiahi mwriwayatkan bahwa ayahnya pernah bertanya kepada pamannya Syeh Ahmad Arrifa’i ‘apakah pernyataan Syeh Abdul Qodir ‘ kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap wali Allah berdasarkan perintah atau tidak?’ Pernyataan tersebut berdasarkan perintah jawab beliau. Dalam sebuah riwayat tyang dinisbatkan kepada Syeh Abi Bakaw bin Hawwar menyatakan bahwa veliau pernah berkata di majlisnya ,”Nanti akan muncul di Iraq seorang non arab yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan manusia. Namanya Abdul Qodir dan tinggalnya di Baghdad, Dia akan berkata ” Kedua kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah” Dan setiap wali akan mengakui bahwa beliau adalah wali Afrad pada zamannya. Sulthon Auliya dan Syaikh Islam Izzuddin bin Abdissalam berkata, ” Belum pernah kemutawatiran riwayat tenteang sebuah karomah yang sampai kepada kami sebanding dengan kemutawatiran karomah Syeh Abdul Qodir Al Jailani . Beliau adalah orang yang berpegang teguh kepada Syari’ah , menyeru orang-orang untuk melaksanakan syari’ah, dan menghindarkan diri dari yang dilarang olehNya. Beliau berbaur dengan masyarakat sambil terus menerus beribadah dan beliau bisa mencampurkannya dengan sesuatu yang menyibukkan beliau seperti menikah dan memiliki keturunan . Barang siapa yang mengikuti jalan ini maka ia lebih sempurna daripada yang lain. Ditambah lagi apa yang dinyatakan fdi atas merupakan karakter dari Rosulullohi SAW . Diantara karomah beliau adalah pernyataan beliau ‘Kedua telapak kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah. Hal tersebut dikarenakan kesempurnaan beliau tidak tertandingi pada masa itu yang tidak diragukan lagi menjadikannya berhak mendapatkan kehormatan tersebut. Syeh Mathar meriwayatkan “Suatu hari ketika saya sedang berada di Zawiyah Syeh Abu Wafa’, guruku, di daerah Qailamaya beliau berkata kepadaku ‘Ya Mathar tutup pintu, jika ada seorang pemuda Ajam (non Arab) datang memohon untuk masuk maka jangan diberi dia ijin’. Akupun melaksanakan perintah beliau. ternyata yang datang adalah Syeh Abdul Qodir yang pada waktu itu masih seorang pemuda. Beliau mohon ijin untuk masuk namun Syeh Abu Wafa’ tidak mengijinkannya masuk. Saat itu aku melihat Syeh Abu Wafa’ berjalan hilir mudik dalam zawiyah dengan gelisah. Setelah itu beliau mengijinkannya untuk masuk. Ketika Syeh Abu Wafa’ melihat Syeh Abdul Qodir beliau melangkah mendekat dan memeluknya beberapa lama seraya berkata ‘Abdul Qodir‘ demi Yang Maha Agung aku tidak mengijinkanmu masuk pertama kali bukan karena keinginan zalim terhadap hakmu akan tetapi karena takut terhadap dirimu. Akan tetapi setelah aku ketahui bahwa engkau ingin belajar kepadaku dan menaatiku, baru aku merasa aman. Syaikh Abdurrahman At-Tahfsunaji berkata “Saat Syeh Abdul Qodir datang ke Zawiyah Tajul ‘Arifin Abu Wafa’ beliau berkata kepad para muridnya ‘ Berdiri dan smbutlah Wali Allah’-Pernyataan ini mungkin terjadi pada saat Syeh Abdul Qodir sedang berjalan menuju beliau atau dikeluarkan kepada mereka yang belum bediri ketika Syeh Abdul Qodir datang- Ketika beliau megulang-ulang perintah tersebut, seorang muridnya bertanya kepada beliau sebab pernyataan tersebut. Beliau menjawab “Pada saatnya nanti pemuda ini akan menjadi sandaran baik golongan khas maupun awam. Aku seakan akan melihatnya seang berbicara di depan khalayak ,”Kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap Wali Allah”. dan pernyataan itu benar adanya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwea beliau adalah Qutb mereka pada saat itu. Barang siapa berjumpa dengannya pada sat itu, berkhidmadlah kepadanya. Syaikh musallamah bin Naimah As-Saruji ketika ditanya tentang siapakah Qutb itu, beliau menjawab, “Beliau sekarang ada di Makkah, bersembunyi dan hanya diketahui oleh orang-orang saleh. Dan akn muncul di sini (Iraq) seorang pemuda ‘ajam yang mulia bernama Abdul Qodir Akan tampak dari beliau beberapa Karomah yang luar biasa . Beliau adalah Qutb waktunya dan Ghauts Zamannya. Baliau akn berkata di hadapan orang-orang “Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah”, dan para Wali akan merendahkan punggungnya kepada beliau. Allah akan memberikan manfaat darinya dan dari karomahnya kepada siapa saja yang mempercayainya. Syaikh Ali Al-Hiti meriwayatkan, “ketika Syaikh Abu Wafa sedang berbicara di dalam majlis, masuklah Syeh Abdul Qodir . beliau memerintahkan para murid untuk mengeluarkannya dan meneruskan ceramahnya. Kemudian untuk yang ke tiga kalinya Syeh Abdul Qodir kembali masuk ke pengajian tersebut. Kali ini Syaikh Abu Wafa’ turun dari kursinya tempat menyampaikan pengajaran lalu memeluk beliau dan menciumi dahinya seraya berkata,’Para penduduk Baghdad, berdirilah demi Wali Allah ini. Perintahku untuk mengusirnya tidak lain agar kalian mengetahuinya bukan untuk menghinanya. Betapa mulia seorang hamba yang kibaran panji di atas kepalanya melingkupi timur dan barat’. Kemudian beliau berkata kepada Syeh Abdul Qodir , “Abdul Qadir, masa sekarang milik kami,dan kelak akan menjadi milikmu. Aku serahkan kepadamu Iraq. Semua ayam akan berkokok dan berhenti kecuali kokokan ayammu yang tidak akan berhenti hingga hari kiyamat’. Setelah itu beliau memberikan sajadah, baju, tasbih , tempat makan dan tongkatnya kepada Syeh Abdul Qodir. ‘Ambil semua itu dengan bai’at saran seseorang kepadanya. Namun Syaikh Abu Wafa’ berkata, di dahinya terdapat bai’at Al-Makhzuumi’. Setelah majlis tersebut selesai, Taajul ‘arifiin Syaikh Abu Wafa’ turun dan duduk di akhir tangga tempatnya mencapaikan ceramah seraya menggenggam tangan Syeh Abdul Qodir dan berkata, ‘sekarang adalah waktumu.’ Jika beliau datang aku selalu teringat akan kisah ini dan kemuliaan beliau’. Syaikh Umar Al-Bazaar berkata, “tasbih yang diberikan Syaikh Abu Wafa kepada beliau dapat berputar sendiri biji-bijinya jika diletakkan di atas tanah. Setelah bellliau eninggal dunia, tasbih tersebut menjadi milik Syaikh Ali bin Al-Hiti. Begitu juga dengan tangan orang yang menyentuh tempat makan yang diberikan Syaikh Abu Wafa’ kepada beliau akan bergetar hingga bahunya”. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Aquuli berkata”Aku berniat berziarah kepada Syeh Uday Bin Musafir. Ketika aku menghadap, beliau bertanya kepadaku ‘dari mana anda ?’Aku adalah salah seorang murid Syeh Abdul Qodir ‘ Jawabku. Mendengar jawabanku bekliau berkata ‘Bagus, Qutb-Al arda (bumi) yang dengan pernyataannya “Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah “ menjadikan 300 Wali dan 700 orang-orang Gaib yang berjalan di bumi maupun yang terbang, mengulurkan pundak mereka kepadanya dalam satu waktu”. Kemudian aku menziarahi Syeh Ahmad Rifa’i dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Syeh Uday saat itu dan beliau berkata “sungguh tepat apa yang disampaikan beliau (Syeh Uday). Syaikh Majid Al Kurdi berkata,”saat Syeh Abdul Qodir mengatakan pernyataan di atas, semua wali di bumi pada saat itu merendahkan lehernya sebagai tanda pengakuan mereka terhadap beliau. Dan tidak ada segolongan jin soleh pun yang tidak datang menghadapnya untuk bertobat dan mengakui beliau hingga mereka berdesak-desakan di pintu rumahnya. Riwayat ini disetujui oleh Syaikh Mathar. Kemudian beliau berkata, “Aku bertanya kepada Syaikh Abdullah bin Sayyidina Syeh Abdul Qodir Al-Jailani ,’apakah engkau menghadiri majlis saat ayahmu berkata ,’kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap wali Allah , ‘ya’ jawabnya. Kemudian ia berkata,’ yang hadir pada saat itu sekitar 50 orang syaikh’. Ketiks beliau masuk ke dalam rumahnya, yang tersisa hanya Syaaikh Makarim, Syaikh Muhammad Al-Khas, dan Syaikh Ahmad Al-‘Aarini. ‘kamipun duduk dan berbincang-bincang’ ujarnya. Syaikh Makarim berkata, “Allah memperlihatka kepadaku pada saat itu semua orang yang memiliki panji kewalian di muka bumi mengakui panji kequthuban di tangan beliau dan mahkota ghoutsiah di atas kepala beliau dan jubah otoritas total atas segala yang wujud/eksis , untuk mengangkatnya menjadi Wali atau menurunkannya sesuai syariat dan hakikat. Dan aku mendengar eliau berkata ,”kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap Wali Allah yang akan menundukkan kepala dan merendahkan dirinya kepada beliau bahkan termasuk di dalamnya para abdal yang sepuluh, usltan masa tersebut Masih berkenaan dengan pernyataan Sang Syaikh, Syeh Abu Sa’id Al-Qailawi berkata “ketika Syeh Abdul Qodir mengatakan ‘kedua telapak kakiku ini ada di setiap punggung Wali Allah’ , Allah Tajalli dalam jiwa beliau. Kemudian sekelompok malaikat datang membawakan jubah kebesaran Rosululloh SAW untuk dipakaikan kepada beliau di hadapan para Wali terdahulu maupun yang akan datang.-yang hidup datang dengan jasadnya, yng sudah meninggal datang dengan ruhnya. Para malaikat dan Rijal Al-Ghaib mengelilingi majlisnya dan berbaris ber shaf-shaf di udara , begitu banyak jumlahnya hingga seluruh ufuk penuh dengan kehadiran mereka. Dan semua Wali yang ada di muka bumi ini menundukkan kepala untuk beliau”. Syeikh Kholifah Al Akbar bercerita “Saat aku bertemu dengan Rosululloh SAW dalam mimpi aku bertanya kepad beliau ,’ Yaa Rosululloh Syeh Abdul Qodir trlah berkata ‘Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah ‘ Beliau menjawab ‘Yang diucapkan leh beliu adalah benar. Bagaimana mungkin tidak benar apabila dia adalah Qutb (para wali) dan aku (Rosululloh SAW yang emngawasinya. Di hari Jum’at 3 Ramadan 599 H. seorang pria datang menghadap Syeh Hayyan bin Qis Al-Harani di masjid Al Hiran memohon Khirqah (jubah kesifian tanda bai’at) kepada beliau. “Dalam dirimu talah terdapat tanda selain aku’ kata beliau kepadanya. orang itu berkata, ‘benar aku pernah bertemu Syeh Abdul Qodir namun tidak ber bai’at kepada beliau”. Syeh Hayyan berkata “selama beberapa waktu kita telah hidup di bawah bayangan kehidupan Syeh Abdul Qodir Al Jailani .telah kita meminum gelas-gelas kebahagiaan dari mata air pengetahuan beliau. dan Dari Beliau diperoleh rahasia para Wali menurut tingkatan mereka. Suatu saat Syeh Lulu Al Armani ketika bertemu dengan Syeh Atha’ Al-Masri , beliau meminta untuk menyebutkan para gurunya. Syeh Lulu berkata ,”Atha’ guruku adalah Syeh Abdul Qodir Al Jailani yang menyatakan “kedua telapak kakimku ini ada di punggung setiap Wali Allah .Dan pada saat beliau selesai mengucapkan hal tersebut tercatat 313 Wali Allah dari segala penjuru dunia menundukkan kepala meeka , 17 orang berada di Haramain , 60 orang di Iraq, 40 orang di negeri non Arab, 40 orang di Syam, 20 orang di mesir, 27 orang di Maroko, 11 orang di Habsyah, 7 orang di tembok penahan Ya’juj dan Ma’juj, 7 orang di Wadi Sarandib, 47 orang di gunung Qof, 20 orang di daerah teluk. Dan banyak yang besaksi bahwa pernyataan tersebut diucapkan berdasarkan perintah Allah. Kemudian beliau melanjutkan.”Aku sendiri melihat para Wali di timur maupun di barat merundukkan kepala mereka kepada Syeh Abdul Qodir kecuali seorang Wali di daerah luar Arab yang kemudian hilang tanpa bekas. Diantara mereka yang merundukkan kepalanya kepada beliau adalah Syeh Baqa’ bin Bathu’ , Syeh Abu Sa’id Al-Qaylawy , Syeh Ahmad Arrifa’y yang dalam sebuah riwayat memanjangkan lehernya dan melihat punggungnya seraya berkata,’Memang ada di punggungku’. Saat di tanya mengenai perkataannya itu, beliau berkata,’saat ini di Baghdad , Syeh Abdul Qodir sedang berkata ,’ Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah‘. Termasuk diantara mereka yang menundukkan kepala kepada beliau adalah Abdurrahman Athafsunaji, Abu Najib Assahrawardi, yang mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mendengar hal tersebut seraya berkata’di atas kepalaku. Musa Al Jazuli, Musa Al Harani, Abu MUhammad bin ‘Abd, Abu Umar, Ustman bin Marzuq , Abu Al-Karam , Majid Al Kurdi , Suwaid Annajari, Ruslan Addimasqi, yangmenundukkan kepalanya di Damaskus seraya berkata kepada para muridnya ‘Allah memiliki mutiara yaitu orang yang minum dari lautanAl Quds dan duduk di permadani ma’rifah serta menyaksikan keMaha Agungan Rububiyah / ketuhanan dan ke Maha Besaran Wahdaniyah (ketunggalan). Sifat (kemanusiaannya) lenyap saat menyaksikan keMaha Besaran Nya Eksistensinya lebur saat menyaksikan ke-WibawaanNya Maka dipakaikannya kepadanya jubah keacuhan (terhadap dunia) dan ditempatkan di puncak tangga Al-Inayah hingga beliau mencapai maqom yang telah ditentukan dan didudukkan di puncak ruh Azaly . Dia berbicara dengan hikmah dari lembaran-lembaran cahaya, bercampur dengan kepekatan rahasiaNya. Hilang kesadarannya ketika berada di Hadirat Allah dan tidak pernah terputus denagn Allah ketika Ia kembali sadar. Berdiri dengan penuh rasa malu, berbicara dengan tawadhu’ mendekatkan diri dengan penuh kerendahan, berbicara dengan kemuliaan , baginya ucapan selamat dan salam terbaik adalah berasal dari Tuhannya. ‘Apakah di dunia ini ada orang yang memiliki ciri seperti itu ?’ tanya seseorang kepada beliau’Ada, dan Syeh Abdul Qodir pemimpin mereka’jawab beliau. Di Maroko (Maghrib) Syaikh Abu Madin (setelah mendengarkan pernyataan Syaikh Abdul Qadir ) memanjangkan lehernya dan berkata, ‘benar dan aku salah seorang dari mereka. Yaa Allah aku bersaksi kepadaMu dan kepada para MalaikatMu bahwa aku mendengar dan patuh’. Kemudian termasuk diantara mereka adalah Syaikh Abu Na’im AL-Maghribi, Syaikh Abu Umar dan Utsman bin Marwazih Al-Bathiahi, Syaikh Makarim, Syaikh Khalifah, Syaikh Uday bin Musafir. Pada saat beliau mengucapkannya banyak orang yang melihat rombongan orang yang terbang di udara untuk menghadap beliau berdasarkan perintah Khidir as. Dan setelah mengucapkan selamat, seorang wali berkata kepada beliau, ‘eahai raja zaman, pengusas tempat, pelaksana perintah Sang Maha Pengasih, pewaris kitab Allah dan wakil RasuluLlah SAW, yang dianugerahi langit dan bumi, yang menjadikan seluruh orang pada masanya sebagai keluarganya, yang doanya dapat menurunkan hujan, dan berkahnya menghilangkan mendung, yang menjadikan kepala orang yang menghadapnya tertunduk, yang makhluk gaib hadir di hadapannya sebanyak 40 shaf, dengan 70 orang Gaib pada setiap shaf, yang ditelapak tangannya tertulis bahwa dia tidak akan mendapat makar dari Allah, dan di umurnya yang ke dua puluh para malaikat berputar di sekelilingnya serta menyampaikan kabar gembira kewalian beliau’. Pada suatu masa, air sungai dajlah meluap dan membanjiri Baghdad. Orang-orangpun mendatangi beliau memohon pertolongannya. Sambil membawa tongkatnya beliau berjalan menuju tepian sungai dan menancapkannya di batas air seraya berkata, “cukup sampai di sini” dan saat itu pula air sungai tersebut menyurut. Syaikh Abdullah Dzayyal berkata, “suatu saat ketika berada di madrasah beliau di tahun 560 H aku melihat beliau memegang tongkat. Saat itu aku berharap aku dapat melihat karamah yang keluar dari tongkat tersebut. Beliau kemudian memandang ke arahku sambil tersenyum lalu menancpakan tongkatnya ke tanah, seketika itu pula cahayanya menyembur dari tanah, menembus awan dan menjadikan langit terang benderang beberapa saat. Beliau kemudian mencabutnya kembali dan keadaan pun kembali seperti semula. Beliau berkata kepadaku, ‘Dayyal, bukankah ini yang engkau kehendaki’”. Syaikh Abu Taqy Muhammad bin Al-Azhar Ash-Shariifni berkata, “selama setahun penuh aku memohon kepada Allah untuk dapat melihat salah seorang dari rijal Al-Ghaib. Pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengan seorang pria saat sedang menziarahi makam Imam Ahmad bin Hambal. Terbetik dalam hatiku bahwa beliau adalah salah seoraang rijal Al-Ghaib. Akupun terbangun dan sengan harapan dapat bertemu dengannya akupun pergi ke makam Imam Ahmad bin Hambal . akupun bertemu dengan orang yang ada di dalam mimpiku di sana. Saat beliau keluar aku mengikutinya hingga sampai ke tepi sungai Dajjlah. Di tepian tersebut beliau menarik tepian sungai tersebut hingga keduanya hanya berjarak satu langkah dan menyeberanginga. Aku memohon kepadanya untuk berhenti dan berbicara kepadaku. Aku bertanya, “apa mazhabmu ?”. “Aku bermazhab Hanafi, seorang muslim dan bukan musyrik”. Jawab beliau. Kemudian hatiku seakan – akan berkata, ‘pergi ke Syaikh Abdul Qadir dan ceritakan apa yang engkau alami’. Akupun mengunjungi sang Syaikh. Setibanya aku di pintu madrasah, beliau berkata dari dalam rumah tanpa membuka pintunya, ‘yaa Muhammad, saat ini hanya dialah seorang wali yang bermazhab Hanafi di muka bumi ini’. Suatu saat beliau naik ke atas kursi tempat beliau mengajar, tidak berbicara dan tidak menyuruh pembaca kitab untuk membacakannya. Dan orang-orang yang hadir memasuki kondisi ektase dan perkara yang agung memasuki mereka. Salah seorang yang hadir bertanya dalam hati, “apa ini ?”. beliau berkata, “seorang muridku datang dengan satu langkah dari baitul Muqaddas kemari untk bertaubat dan semua yang hadir pada saat ini dianggap sebagai tuan rumahnya. “dalam hatinya orang tersebut berkata, “jadi siapa yang mengalami kondisi seperti ini adalah mereka yang bertaubat ?”. pernyataan tersebut dijawab sang Syaikh, jangan engkau berharap kepadanya. Dia datang kepadaku dan memintaku untuk mengajarinya jalan untuk mencinta”. Pernah suatu saat Syaikh Abdul Qadir berjalan di atas udara di depan banyak orang dan berkata, “Matahari selalu menyampaikan salam kepadakusetiap ia ingin terbit. Demikian pula halnya dengan hari, bulan dan tahun. Mereka –juga- menginformasikan kepadaku tentang apa tentang apa yang terjadi. Di beberkan kepadaku Lauh Al-MahfudzI tentang siapa yang mendapatkan kesenangan dan siapa yang mendapatkan kesusahan. Aku tenggelam dalam lautan Ilmu dan Musyahadah –Nya. Aku adalah sandaran kalian dan wakil RasuluLlah SAW di muka bumi”. Syaikh Abdul Qadir berkata, “Setiap wali berada di bawah telapak kaki para Nabi dan aku berada di bawah telapak kaki kakekku RasuluLlah SAW. Semua tempat yang aku injak maka bekasnya akan emnjadi telapak kaki Nabi.” Syaikh Abdul Qadir berkata, “Aku adalah Syaikh bagi para manusia dan jin.” Di lain kesempatan beliau berkata, “jika kalian bertanya kepada Allah, tanyakan aku kepadaNya. Wahai penduduk bumi, dari timur hingga barat, kemarilah dan belajar dariku. Wahai penduduk Iraq, Ahwal –kondisi spiriutal- yang kumiliki seperti baju yang tergantung di rumah. Baju manasaja yang engkau pilih akan aku pakaikan kepadamu. Hendaknya kalian menyampaikan salam atau akan aku bawakan pasukan tiada tanding. Hai saudara, berkelanalah 1000 tahun agar engkau dapat mendengarkan perkataanku. Saudara, kewalian dan beberapa derajad spiritual ada di sini, di majlisku. Semua Nabi yang diciptakan Allah dan semua wali menghadiri majlisku baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Xang masih hidup dengan fisik mereka sedangkan yang sudah meninggal dunia dengan rohnya. Saudara sekalian tanyakan diriku kepada Munkar dan Nakir ketika mendatangi kalian (di kubur) maka mereka akan menceritakan diriku kepada kalian.” Abu Ridho, pelayannya meriwayatkan, dalam suatu kesempatan Syaikh Abdul Qadir berbicara tentang roh. Di tengah penjelasan, beliau diam, duduk dan kemudian bangkit kembali seraya bersenandung, Rohku telah diciptakan dengan hikmah dalam ke-qadiman, sebelum ia mewujud, ketika ia dalam ketiadaan sekarang, bukankah suatu kebaikan setelah aku mengenal kalian lalu aku pindahkan kakiku dari jalan hawa kalian. Di lain riwayat, Abu Ridho bercerita, “suatu hari ebliau menjelaskan tentang cinta. Tiba-tiba beliau bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, ‘Aku tidak akan berbicara kecuali dengan 100 dinar.’ Orang-oranagpun menyerahkan kepada beliau apa yang beliau minta. Kemudian beliau memabggilku dan berkata, ‘pergilah engkau ke pekuburan Syunuziyah dan cari seorag syaikh yang sedang bermain-main dengan kayu lalu berika emas ini kepadanya dan bawa ia kepadaku’. Kemiudin akupun pergi dan menemukan syaikh yang beliau maksud sedang berdiri dan memain-mainkan tongkat kayu. Akupun mengucapkan salam dan menyerahkan emas tersebut kepadanya. Dia berteriak dan jatuh pingsan. Saat beliau sadar aku bertanya kepadanya, ‘Syaikh, Syaikh Abdul Qadir ingin bertemu denganmu’. Beliau kemudian bangkit dan menemui Syaikh Abdul Qadir. Setibanya di sana Syaikh Abdul Qadir memberikan perintah untuk menaikkannnya di kursi tempat beliau mengajar dan meminta orang tersebut untuk menceritakan kisahnya. Dia berkata, ‘Tuanku, sewaktu aku masih muda aku adalah seorang penyanyi bagus yang dikenal banyak orang. Tetapi setelah aku tua, tidak ada seorangpun yang memperhatikan aku. Aku pergi dari Baghdad dan berkata dalam hati, “aku tidak akan menyanyi kecuali untuk yang mati”. Saat aku mengelilingi kuburan ini, aku duduk di salah satu kuburan yang ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat yang ada di dalamnya. Mayat tersebut berkata kepadaku, “Mengapa engkau menyanyi untuk orang-orang mati, bernyanyilah untuk Yang Maha Hidup sekali maka Dia aakn memberikan kepadamu apa yang engkau inginkan”. Akupun jatuh pingsan, dan setelah tersadar aku berkata Tuhanku, aku persiapkan apa yang aku miliki untuk hari pertemuan dengan-Mu, kecuali pengharapan hati dan ucapan mulutku. Memang, sudah asalnya para pengharap mengharapkan harapan dan mereka akan bersedih apabila engkau menolaknya Jika hanya golongan Muhsin yang boleh berharap kepadaMu, lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan melarikan diri. Ubanku membuatku jelek di hari penghabisan dan perjumpaan denganMu, semoga engkau menyelamatkan aku dari apiku. Saat aku berdiri, pelayan anda datang membawakan emas ini”. Sambil mematahkan tongkat kayu yang ada di tangannya dia berkata, sekarang aku bertobat kepada Allah’. Usai mendengarkan kisah tersebut, Syaikh Abdul Qadir berkata, “Yaa fuqara’ , jika kejujuran (orang ini) terhadap sesuatu yang sia-sia saja menyebabkannya memperoleh apa yang ia inginkan, apalagi dengan para sufi yang bersungguh-sungguh dalam kesufian, ahwal dan thariqahnya”. Kemudian beliau melanjutkan, “hendaklah kalian berlaku jujur, dan bersih hati. Tanpa keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah, “Jika berbicara hendaklah kalian berkata jujur””. Saat beliau meminta 100 dinar, ada 40 orang mengantar jumlah yang sama kepada beliau. Beliau hanya mengambil dari satu oraang, dan setelah orang ini bertaubat, sisa dari uang pemberian tersebut beliau bagikan kepada orang-orang. Peristiwa hari itu menyebabkan 5 orang meninggal dunia. Al-Kaimani, Al-Bazaar, dan Abu Hasan Al-Ali yang dikenal dengan As-Saqazar bercerita bahwa pada hari Rabu tanggal 27 Sya’ban tahun 529 H. Syaikh Abdul Qadir bersama rombongan mengunjungi pekuburan Syunizi. Beliau berhenti di pekuburan Syaikh HammadAd-Dabbas agak lama kemudian menlanjutkan perjalanannya dengan muka berseri-seri. Pada saat ditanya sebab lamanya beliau berhenti dan berseri-serinya muka Beliau, sang Syaikh menjawab, “Pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 499 H aku bersama murid Syaikh Hammad mengikuti beliau keluar Baghdad. Setibanya di jembatan Yahud, beliau mendorongku sampai aku tercebur ke sungai-pada saat itu udara sangat dingin-kemudian mereka berlalu dan meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, “Aku berniat mandi Jum’at”. Saat itu aku mengenakan jubah sufi dan di lenganku terdapat sebuah jubah lagi yang membuatku harus mengangkatnya agar tidak basah. Aku kemudian keluar dari air dan memeras jubah tersebut dan menyusul mereka dalam kondisi kedinginan hingga menusuk ke tulang. Melihat kondisiku, para murid bermaksud hendak menolongku namun beliau melarangnya seraya berkata, “Apa yang aku lakukan adalah untuk mengujinya, dan aku mendapatinya bagai gunung, kokoh tak bergerak”. “Hari ini aku melihat beliau dalam kubur memakai jubah dari cahaya bertabur permata. Di atas kepalanya terdapat mahkota dari Yakut . di tangan kirinya terdapat gelang dari emas dan beliau memakai dua sandal dari emas. Tapi tangan kanannya hilang. ‘Ada apa dengan lengan ini ?’ tanya ku kepada beliau. Beliau menjawab, ‘inilah tangan yang aku pergunakan untuk mendorongmu’. Kemudian beliau berkata, ‘maukah engkau memaafkan perbuatanku itu ?’ ‘Ya’ jawabku. ‘jika demikian’ kata beliau, ‘mohonkan kepada Allah agar Dia mengembalikan lenganku seperti sedia kala’. Akupun memohonkan kepada Allah untuk itu dan pada saat itu 5000 wali turut memohon kepada Allah, mendukungku dari kubur mereka. Aku terus memohon kepada Allah hingga akhirnya Allah mengembalikann lengan kanannya dan beliau menjabat tanganku dengan tangan kanan tersebut. Dengan demikian sempurnalah kebahagiaannya dan kebahagiaanku.” Ketika kabar tersebut tersebar di Baghdad para murid Syaikh Hammad beramai-ramai mendatangi sang Syaikh untuk meminta klarifikasi atas pernyataan tersebut. Setibanya di madrasah beliau, sebagai rasa hormat mereka kepada beliau, tidak ada seorangpun yang memulai pembicaraan. Beliaupun kemudian memulai pembicaraan dengan menerangkan maksud kedatangan mereka saat itu. Kemudian beliau berkata kepada mereka, “Kalian pilih dua orang. Insya Allah melalui mereka berdua akan jelas apa yang aku ucapkan”. Mereka kemudin memilih Syaikh Yusuf Al-Hamdani RA. Yang pada saat itu ada di Baghdad, dan Syaikh Abdurrahman AL-Kurdi yang memang tinggal di Baghdad. Mereka berdua termasuk orang-orang yang dianugerahi kasyf .’Kami serahkan urusan ini kepada kalian’ kata mereka kepada kedua Syaikh tersebut. ‘Bahkan kalian jangan beranjak dari tempat kalian berada sampai terbukti apa yang aku ucapkan’ kata beliau kepada mereka. Kemudian beliau menghentakkan kakinya ke tanah dan pada saat itu para sufi di luar telah berteriak memberitahu bahwa Syaikh Yusuf Al Hamdani RA telah datang dengan berjalan bertelanjang kaki sampai beliah masuk ke madrasah sang Syaikh. Di sana beliau berkata, ‘Aku bersaksi bahwa Syaikh Hammad Ad-Dabbas berkata kepadaku, “Cepatlah datangi majlis Syaikh Abdul Qadir dan katakan pada para Syaikh yang hadir bahwa apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir adalah benar adanya’. Beliau sempat menamatkan perkataannya, Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman Al-Kurdi datang dan beliau menyatakan pernyataan seperti yang dikatakan oleh Syaikh Yusuf Al-Hamdani RA. Setelah mendengarken pernyataan tersebut, mereka bangkit dan memohon maaf kepada Syaikh Abdul Qadir”. Seseorang berkata kepada beliau, “Kami berpuasa seperti yang Anda lakukan, dan melaksanakan shalat sepertiyang Anda lakukan. Tapi tidak ada satupun kondisi spiritualmu yang dapat kami lihat”. Beliau berkata, “kalian dapat bersaing denganku dalam hal melaksanakan amal, akan tetapi kalian tidak dapat bersaing denganku dalam hal anugerah yang diberikan kepadaku. Demi Allah, aku tidak akan makan sampai Allah berkata kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, makan’. Aku juga tidak minum sampai Allah berkata kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, minum’. Dan aku tidak akan melakukan sesuatu kecuali berdasarkan perintah Allah”. Syaikh Abdul Qadir berkata, “Pada suatu ketika di masa mujahadahku (perjuangan) aku tertidur. Dalam tidur tersebut aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Ya Abdul Qadir, Kami tidak menciptakanmu untuk tidur. Kami telah hidupkan engkau maka jangan lupakan Kami’”. Syaikh Abu Naja Al-Baghdadi, pelayan Syaikh Abdul Qadir meriwayatkan bahwa pernah suatu ketika hutang sang Syaikh kepada beberapa orang telah mencapai 250 dinar, lalu datanglah oraaang yang tidak aku kenal dan masuk tanpa ijin lalu duduk dihadapan sang Syaikh. Dia mengeluarkan uang seraya berkata, “ini adalah pembayar hutang” kemudian ia pergi. Kemudian beliau memerintahkan agar uang tersebut dibagikan kepada yang berhak. Kemudian –kata Syaikh Abu Naja- ketika aku menanyakan siapa orang tersebut, sang Syaikh berkata, “Dia adalah yang berjalan menurut Al-Qadar”. “Siapa yang berjalan menurut Al-Qadar” tanyaku lagi. Beliau menjawab, “Dia adalah malaikat yang diutus Allah kepada para waliNya yang memiliki hutang untuk melunasi hutang-hutang mereka”. Syaikh Uday bin @bu Barakat meriwayatkan bahwa ayahnya meriwayatkan dari pamannya Syaikh Uday bin Musafir. Beliau berkata, “suatu ketika saat Syaikh Abdul Qadir memberikan pengajaran, turunlah hujan yang membuat orang-orang berpencar. Sang Syaikh menengadahkan kepalanya kep arah langit dan berkata, ‘Aku mengumpulkan mereka untukMu dan Engkau cerai beraikan mereka seperti ini’. Seketika itu pula hujan berhenti, tidak ada satu tetespun air yang turun di majlis tersebut sedangkan di luar madrasah hujan tetap lebat”. Syaikh AbdulLah Al-Jaba’I meriwayatkan, “ Pada suatu hari Syaikh Abdul Qadir sedang berbicara tentang bagaimana menghilangkan ujub. Tiba-tiba Beliau memalingkan Muka Beliau kepadaku dan berkata, ‘Apabila engkau melihat sesuatu yang berasal dari Allah dan hal tersebut menggiringmu untuk melakukan kebaikan serta engkau dapat melepaskan dirimu dari (meminta) penjelasan akan hal tersebut maka engkau telah lepas dari sifat ujub’”. Syaikh orang-orang sufi, Syaikh Syihabuddin Umar As-Sahrawardi berkata, “Dulu saat aku masih muda, aku menenggelamkan diriku untuk mempelajari ilmu kalam. Aku hafal berbagai karangan dalam bidang tersebut dan segera menjadi seorang pakarnya. Pamanku telah memperingatkanku akan hal tersebut namun aku tidak mempedullikannya, sampai suatu hari aku dan dia menziarahi Syaikh Abdul Qadir. Beliau berkata kepadaku, ‘’Umar, Allah SWT berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin), sebelum pembicaraan itu’. Kami adalah orang-orang yang kalbunya selalu mendapatkan bisikan dari Allah. Sekarang lihatlah posismu di hadapan Allah agar engkau dapat melihat keberkahan melihat-Nya”. “ketika kami sudah duduk bersamanya, pamanku berkata kepada beliau, ‘Kmenakanku ini menyibukkan dirinya dengan ilmu kalam. Aku sudah larang dia akan tetapi dia tidak mematuhiku’. Mendengar penuturan pamanku, beliau mengulurkan tangannya yang penuh berkah ke dadaku dan berkata, ‘Kitab apa saja yang telah engkau hafal ?’. Akupun menjawab dengan menyebutkan berbagai kitab yang telah aku hafal. Demi Allah, saat beliau mengangkat tangannya dari dadaku, tidak ada satu katapun dari kitab-kitab, yang sebelumnya aku hafal di luar kepala, yang masih aku ingat. Saat itu juga Alah Ta’ala telah melupakan aku tentang berbagai masalahnya dan menanamkan dalam dadaku ilmu laduni. Aku bangkit dari hadapannya sambil berbicara dalam bahasa hikmah. Lalu beliau berkata kepadaku, “Umar, engkau adalah orang-orang terakhir yang termasuk golongan orang-orang masyhur di Iraq”. Syaikh Abdul Qadir adalah Sulthan ahl-Thariqah yang dianugerahi otoritas atas semua eksistensi. Abu Faraj bin Hamami bercerita, “Aku banyak mendengar cerita-cerita mustahil yang muncul dari Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ra. Yang tidak dapat aku terima. Akan tetapi karena itulah aku ingin sekali bertemu dengan beliau. Suatu saat, aku pergi ke Bab Al-Azij untuk suatu keperluan. Ketika pulang aku melewati madrasahnya dan tepat pada saat itu muazin telah mengumandangkan shlalat ashar. Dalam hati aku berkata, ‘aku akan shalat ashar dan berkenalan dengan sang Syaikh’. Saat itu aku lupa bahwa aku belum berwudhu dan langsung shalat. Setelah selesai shalat, Syaikh Abdul Qadir menjumpaiku dan berkata kepadaku, ‘Anakku, jika engkau datang kepadaku dengan suatu hajat pasti akan aku kabulkan. Sayangnya sekarang engkau benar-benar lupa bahwa engkau belum berwudhu ketika melakukan shalat’. Pengetahuan beliau terhadap sesuatu yang tersembunyi menimbulkan kekaguman kepadaku akan kkondisi spiritual yang telah beliau capai. Sejak saat itu aku selalu mengikutinya, mencintainya dan emlayaninya. Dari keajdian tersebut aku mengetahui keluasan berkah beliau”. Al-Jaba’I berkata, “ketika mendengar kitab Haliyatul Auliya’ oleh ibnu Nashir, terbetik dalam hatiku untuk berkontemplasi, menjauhkan diri dari manusia dan menyibukkan diri beribadah. Saat shalat Ashar, aku berjama’ah bersama Syaikh Abdul Qadir. Selesai shalat beliau melihat ke arahku dan berkata, ‘jika engkau benar-benar ingin berkontemplasi (khalwat), maka jangan lakukan itu sebelum engkau benar-benar menguasai agama, bergaul dengan para Syaikh dan belajar dari mereka. Saat itulah engkau boleh berkontemplasi (khalwat). Jika engkau tidak melakukan itu maka engkau `kan terputus sebelum engkau menjadi ahli dalam bidang agama. Engkau juga akan merasa bangga atas apa yang engkau miliki. Tapi ketika ada masalah agama yang engkau tidak ketahui, engkau akan keluar dari zawiyahmu dan bertanya kepada orang-orang tentang hal tersebut. Sebaik-baik kontemplator (orang yang berkhalwat) adalah mereka yang bagaikan lilin, amemberikan penerangn dengan cahayanya”. Syaikh Abu Abbas Al-Khidr Al-Husain Al-Maushuli meriwayatkan, “pada suatu malam, saat kami sedang berada di madrasah Syaikh Abdul Qadir, datanglah khalifah AL-Mustanjid biLlah Abu Mudzaffar Yusuf bin Al-Imam Al-Muftaqi li amriLlah Abu AbduLlah Muhammad Ad-Dabbas. Beliau mengucapkan salam kepada sang Syaikh dan memohon nasihatnya sambil meletakkan 10 kantung uang yang dipikul oleh 10 orang budak. Syaikh berkata, “Aku tidak membutuhkan ahrta ini”. Namun sang Imam berkeraas agar Syaikh Abdul Qadir menerimanya. Syaikh Abdul Qadir kemudian mengambil 2 kantung uang yang paling besar dan paling berat lalu memeras keduanya dengan tangan beliau, maka mengalirlah darah. Berkatalah Syaikh kepada Khalifah, ‘Mudzafar, engkau peras darah rakyat lalu engkau berikan kepadaku. Tidakkah engkau malu kepada Allah ?’. sang khalifahpun pigsan mendengar hal tersebut. Kemudian sang Syaikh emlanjutkan, ‘Kalau buan karena rasa hormatku kepada garis keturunannya dengan RasuluLlah SAW, akan aku biarkan darah tersebut mengalir hingga pintu istananya’. Syaikh Abu Hasan Ali Al-Quraisy berkata, “saat aku menghadiri salah satu majlis sang Syaikh tahun 559 H datanglah rombongan golongnan rafidah membawa dua buah keranjang tertutup dan berkata kepada beliau, ‘Beritahu kami apa isi dua keranjang ini’. Beliau turun dari kursi dan mengulurkan tangannya memegang salah satu keranjang tersebut dan berkata, ‘Yang ini berisi anak yang lumpuh’. Lalu beliaiu memerintahkan puteranya Abdurrazaq membuka keranjang tersebut dan isinya seperti yang beliau ucapkan. Beliau pegang kaki anak tersebut kemudian berkata, ‘Bankitlah dengan ijin Allah’. Seketika anak tersebut bangkit. Kemudian beliau memegang keranjang yang lain dan berkata, “keranjang ini berisi anak yang sehat dan tidak cacat’. Ketiak keranjang tersebut dibuka, maka keluarlah seorang anak yang sehat, sang Syaikh memegang ubun-ubunnya dan berkata, ‘Duduklah’. Seketika itu pula anak tersebut menjadi lumpuh. Rombongan rafidah tersebut bertobat di hadapan beliau dan pada saat itu 3 orang meninggal dunia’. Diriwayatkan, dari Yahya bin Junah Al-Adib bahwasanya beliau berkata, “Dalam hati aku berkata”. ‘Aku ingin menghitung berapa banyak sang Syaikh melantunkan sya’ir di dalam majlisnya dengan menggunakan benang dari pakaianku. Akupun kemudian menghadiri majlis pengajiannya dan setiap beliau melantunkan sya’ir maka aku ikatkan benang di bawah pakaianku. Ditengah-tengah beliau bersya’ir tiba tiba beliau berkata, ‘Aku melepaskan ikatan sedang engkau mengikatnya’”. Syaikh Abu Hasan (Ibnu Syathantah) Al-Baghdadi berkata, “Saat aku belajar kepada sang Syaikh, aku sering berjaag di malam hari untuk melayani beliau. Pada suatu malam di bulan Shafar tahun 553 H, aku melihat beliau keluar dari ruangannya. Akupun menyodorkan tempat air untuk berwudhu kepada beliau namun beliau tidak mempedulikan tawaranku dan terus bergerak menuju pintu madrasah. Kemdian beliau memberi isyarat kepada pintu madrasah tersebut maka pintu itupun terbuka dengan sendirinya. Kemudian beliau terus berjalan keluar sementara aku mengikutinya dari belakang. Aku berkata dalam hatiku bahwa beliau tidak mengetahui kalau aku ikuti dari belakang. Beliau terus berjalan ke arah pintu gerbang kota Bagdad, maka beliaupun memberikan isyarat kepada pintu tersebut dan pintu itupun terbuka dengan sendirinya. Kami terus berjalan, namun tak berapa lama tibalah kami di suatu tempat semacam ribath yang sama sekali tidak aku ketahui. Di dalam ribath tersebut terdapat 6 orang yang sedang duduk, dan ketika mereka mengetahui kedatangan Syaikh Abdul Qadir maka merekapun segera menyambut beliau seraya mengucapkan salam. Aku segera pergi ke sudut bangunan tersebut dan dari dalam bangunan terdengarlah suara dengungan dan rintihan. Tak berapa lama, suara tersebut berhenti , kemudian seorang pria masuk ke dalam ruangan yang tadi terdengar rintihan lalu keluar dengan membawa seseorang di atas pundaknya. Setelah itu seseorang yang tidak mengenakan sesuatu di kepalanya dengahn kumis yang lebat masuk dan duduk di hadapan sang Syaikh dan kemudian mengambil dua kalimah syahadah dari beliau kemudian memotong kumis serta rambutnya. Setelah itu beliau kenakan thaqiyah (topi) di kepalanya dan memberikan nama Muhammad kepadanya serta berkat kepada yang lain, ‘Aku telah diperintahkan untuk menjadikannya sebagai ganti dari yang meninggal’. ‘Kami mendengar dan patuh’ jawab yang lain. Baliau lalu keluar dari ruangan tersebut seraya meninggalkan mereka. Setelah itu beliau berjalan dan tak lama kami tiba di pintu gerbang kota Baghdad. Pintu tersebut kembali terbuka dan menutup dengan sendirinya setelah kami melewatinya. Demikian juga tak berapa lama kami tiba di Madrasah kemudian memasukinya. Keesokan harinya aku mohon kepada sang Syaikh untuk menceritakan apa yang aku lihat. Maka beliaupun menjawab, “Adapun negeri yang kita datang kemarin adalah negeri Nahawand. Enam oran yang engkau lihat adalah para wali abdal dan suara dengungan yang engkau dengar adalah wali yang ke tujuh. Dia sedang sakit dan aku hadir di sana untuk melayatinya. Adapun orang yang aku ambil syahadatnya adalah seorang nashrani dari Konstantinopel dan aku perintahkan ia untuk menjadi ganti ari si mayit. Adapun orang yang masuk dan keluar sambil menggendong jenasah adalah Abul Abbas Al-Khidhir AS yang diperintah Allah untuk mengurus jenasah wali yang wafat”. Kemudian beliau mengambil sumpahku untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut selama beliau masih hidup. Beliau berkata, “Takutlah kamu untuk tidak membuka rahasia ini selama aku masih hidup”. Abu Sa’id AbdulLah bin Ahmad bin Ali Al-Baghdadi Al-Azji bercerita, “Pada tahun 537 H anak perempuanku seorang perawan berusia 16 tahun naik ke atas atap rumahku dan kemudian hilang. Akupun pergi menghadap Syaikh Abdul Qadir dan menceritakan hal tersebut. Beliau berkata kepadaku, “Pergilah ke pegunungan Al-Karh. Duduklah di puncak ke lima dan buatlah tanda lingkaran di sekitarmu sambil berkata, ‘BismiLlaahiRrahmaanirRahiim, atas niat Syaikh Abdul Qadir. Nanti ketika hari mulai gelap akan banyak jin yang melewatimu. Mereka tidak akan dapat menyakitimu. Pada waktu sahur, raja raja mereka akan lewat beserta bala tentaranya dan mereka akan menanyakan maksud kedatanganmu. Saat itulah ceritakan kepada mereka perihal anakmu’. Akupun melaksanakan perintah tersebut. Ketika hari muali gelap, geromblan jin dengan bentuk yang sangat menakutkan namun mereka tidak dapat menyakitiku atau menggangguku. Gerombolan demi gerombolan terus berlalu hingga waktu sahur datanglah raja mereka dengan mengendarai seekor kuda dan berdiri di luar lingkaran menghadap ke arahku. Dia berkata, ‘hai manusia apa keperluanmu’. “Syaikh Abdul Qadir mengutusku kepadamu”. Jawabku. Begitu mendengar nama Syaikh Abdul Qadir maka raja jin tersebut turun dari kudanya mencium tanah dan duduk, begitu pula dengan para jin lain yang menyertainya. Kemudian ia berkata, ‘apa yang terjadi pada dirimu ?’. akupun menceritakan kepada mereka aka kisah puteriku yang hilang. Setelah mendengar penuturanku, dia berkata kepada para jin, ‘Siapa yang melakukan ini’. Tidak ada satu jinpun yang mengakuinya. Lalu datanglah seorang jin bersama anakku. Sang raja berkata, ‘ini adalah pembangkang dari negeri cina’. ‘apa yang mendorongmu berani melakukan hal ini di bawah atap sang qutb ?’. tanyanya kepada jin tersebut. Jin tersebut berkata, ‘perempuan tersebut menarik hatiku dan aku mencintainya’. Sang raja kemudian memerintahkan jin tersebut untuk dipenggal kepalanya dan menyerahkan anakku kembali. Aku berkata kepadanya, ‘Aku belumpernah melihat jin dengan derajad tinggi sepertimu memenuhi perintah Syaikh Abdul Qadir’. Dia berkata, ‘Benar, dari rumahnya beliau memandang kepada jin pembangkang yang pada waktu itu berada di dasar bumi.kewibawaannya membuat para pembangkang tersebut kembali ke tempat mereka. Sesungguhnya jika Allah mengangkat seorang Qutb maka Dia akan menjadikannya sebagai Qutb diantara jin dan manusia’.

Selasa, 11 September 2012

Muslim di Rusia Sama Banyak dengan Malaysia

 
Umat muslim di Rusia.


Senin, 13 Agustus 2012
Hidayatullah.com--Negeri komunis Rusia ternyata memiliki jumlah penduduk muslim yang sama besarnya dengan Malaysia dan hampir sama dengan Saudi Arabia. Demikian juga ternyata Islam di Rusia lebih dahulu ada dibandingkan agama Kristen Ortodok.

Semua itu terungkap dalam buku berjudul "Geliat Islam di Rusia" karangan diplomat RI di Rusia, Aji Surya. Senin (13/8/2012), buku tersebut dilaunching di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.

Buku dengan cover warna biru dan dikemas cukup apik itu berisi segala hal tentang pernak-pernik perkembangan Islam di Rusia, mulai dari sejarah masuknya Islam pada abad ke 7, Islam di bawah tekanan Uni Soviet, hingga era kebangkitan Islam yang membuat pertumbuhan mereka mencapai 25 juta jiwa.

Buku tentang Islam di Rusia ini akan membuat terperangah setiap orang yang membacanya, karena gambaran gelap Uni Soviet di masa lalu dengan paham komunisnya akan menjadi sirna dan bahagia ketika mengetahui semangat perkembangan Islam di negeri Beruang Putih itu.

Moskow dengan 2 juta penduduk muslimnya adalah kota berpenduduk muslim terbesar di Eropa. Hampir di seluruh kota di Rusia, Islam bagaikan cendawan di musim hujan dengan jumlah masjid sekitar tujuh ribu.

"Dengan perkembangan agama Islam di Rusia dalam hal demografi dan kehidupan masyarakatnya, sangatlah mungkin dalam 50 tahun ke depan Islam akan menjadi mayoritas. Wallahu a'lam bisawab," kata Aji Surya, seperti diberitakan Rakyat Merdeka Online.

Sementara itu Wakil Menteri Agama, Nasarudin Umar, mengatakan, hubungan muslim Indonesia dan Rusia akan semakin berpengaruh kuat untuk menciptakan dunia yang aman dan damai.

"Langkah pertama untuk ke sana adalah saling mengenal melalui buku karangan Aji Surya ini sehingga menjadi salah satu jembatan emas dalam mempererat hubungan kedua bangsa," tulis Nasarudin Umar di halaman pertama buku Aji.

Dalam halaman yang sama, Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online, Teguh Santosa mengatakan bahwa dalam sepuluh tahun pertama setelah Uni Soviet bubar, negeri-negeri muslim di Asia Tengah menggali kembali peradaban Islam yang membentuk mereka sejak abad awal kelahiran Islam hingga keruntuhan Ottoman Turki di penghujung Perang Dunia Pertama dan di tahun ke 20. Rusia pun tidak ketinggalan mengalami hal yang sama.

"Manuskrip karib saya ini adalah bagian dari rekaman dinamika peradaban Islam di Rusia dan negeri-negeri di sekitarnya yang bertautan dengan unsur-unsur lain yang membentuk indentitas Rusia di tengah konstelasi dunia yang terus berubah," tulis Teguh Santosa menanggapi tulisan Aji Surya.*
Rep: Insan KamilRed: Syaiful Irwan

teks sholawat badar

Teks Sholawat Badar



صَـلا َةُ اللهِ  سَـلا َمُ اللهِ                عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ  سَـلا َمُ اللهِ                عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ                وَبِالْـهَادِى  رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ  مُجَـا هِـدِ لِلّهِ              بِاَهْـلِ  الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا  ُمـَّة              مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ  وَمِنْ غُـمَّـةٍ            بِاَ هْـلِ  الْبَـدْ   رِ يـَا  اَللهُ 
اِلهِى  نَجِّـنَا  وَاكْـشِـفْ              جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَا صْرِفْ 
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ              بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا             مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا               بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ  مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ           وَكَــمْ  مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ              بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ  ذَالْعُـمْرِ           وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ           جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ  مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ             بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ             وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ            بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ  وَالْهَـيـْبَةْ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ  تَرْدُدْ  فَـمَنْ نَأْتـِىْ             بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ            بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا             بِـنَيـْلِ  مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ  مَسَـاءَةٍ  عَـنَّا             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى  اَنـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ             وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ            بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ            بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ  سَـادَةٍ  غُــــرِّ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

Asal Usul Sholawat Badar
Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar. Sholawat ini adalah hasil karyaKyai Ali Manshur, yang merupakan cucu KH. Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kyai ‘Ali Manshur adalah anak saudara atau keponakan KH. Ahmad Qusssyairi

( ulama besar dan pengarang kitab “”Tanwir al-Hija” yang telah disyarahkan dengan judul “Inarat ad-Duja“oleh ulama terkemuka Haramain, Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani.

Diceritakan bahawa karya ini ditulis oleh Kiyai ‘Ali Manshur sekitar tahun 1960, tatkala kegawatan umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kiyai ‘Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, juga menjadi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ. Keadaan politik yang bercelaru saat itu dan kebejatan PKI yang bermaharajalela membunuh massa, bahkan ramai kiyai yang menjadi mangsa mereka, menyebabkan terlintas di hati Kiyai ‘Ali, yang memang mahir membuat syair ‘Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri lagi, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah s.w.t. Dalam keadaan sedemikian, Kiyai ‘Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih – hijau, dan malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w.
Setelah siang, Kiyai ‘Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi

dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahawa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kyai ‘Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kyai ‘Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang kemudiannya dikenali sebagai “Sholawat al-Badriyyah” atau “Sholawat Badar“.
Apa yang mengherankan ialah keesokan harinya, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan makanan lainnya. Mereka menceritakan bahwa pagi pagi sekali mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah Kyai ‘Ali untuk membantunya karena satu kenduri akan diadakan di rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa bahan makanan tersebut menurut kemampuan masing-masing. Tambah pelik lagi apabila malamnya, hadir bersama untuk bekerja membuat persiapan kenduri orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.
Menjelang keesokan pagi, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang

tiba-tiba datang ke rumah Kiyai ‘Ali. Tidak tergambar kegembiraan Kiyai ‘Ali menerima tetamu istimewanya tersebut. Setelah memulakan perbicaraan bertanyakan khabar, tiba-tiba Habib ‘Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai ‘Ali tersebut. Tentu sahaja Kiyai ‘Ali terkejut kerana hasil karyanya itu hanya diketahuinya dirinya seorang dan belum dimaklumkan kepada sesiapa pun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah satu kekeramatan Habib ‘Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa lengah, Kiyai ‘Ali Manshur mengambil helaian kertas karangannya tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil menitiskan air mata kerana terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat Badar oleh Kiyai ‘Ali, Habib ‘Ali menyeru agar Sholawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI.
”Ya akhi , mari kita perangi genjer –genjer PKI itu dengan sahalawat Badar ! ”kata Habib Ali kwitang mantap . setelah itu Habib Ali kwitang memimpin doa , lalu rombongan itu memohon diri .Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai ‘Ali tersebut.
Selanjutnya, untuk mempopulerkan shalawat badar , Habib ‘Ali Kwitang telah mengundang para ulama dan habaib ke Kwitang untuk satu pertemuan, termasuk dijemput ialah Kyai ‘Ali Manshur bersama pamannya KH. Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kyai ‘Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubahannya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar luas Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan popular dalam majlis-majlis ta’lim dan pertemuan.
Semoga Allah swt memberikan sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib tersebut….. al-Fatihah.
Sumber : Ponpes Nurul Hidayah Kal-Tim

Semoga Bermanfaat....^_^

Sabtu, 30 Juni 2012

terjemah jurumiyyyah


بسم الله الرحمن الرحيم
Bismillahirrahmanirrahim.

Segala Puji Bagi Allah Yang Menurunkan Al-Qur'an dengan Bahasa Arab. Shalawat serta Salam semoga Tercurah-limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw paling utamanya makhluq yang berbicara dan berbahasa. Dan juga kepada keluarganya, para shahabatnya dan para tabi'in dan taabi'it taabi'iin bi ihsaanin ilaa yaumiddin…. Dan semoga Allah mengangkat kita bersama-sama mereka didalam rumah akhirat yang tentram tanpa belenggu rasa kesah dan kelu. Aamiiin.

Amma Ba'du:
Berkata Kyai Mushannif Ibnu Aajurruumi Muhammad bin Muhammad bin Dawud As-Shanhaji Alfaasiy (627-723 H. / 1273-1323 M.) semoga Allah Merahmatinya dan semoga kami mendatapkan Ilmu yang Manfa'at berkat Ilmu-ilmunya. Aamiin.

أنواع الكلام

الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع .
وأقسامه ثلاثة : اسم ، وفعل ، وحرف جاء لمعنى .
فالاسم يعرف : بالخفض ، والتنوين ، ودخول الألف واللام ، وحروف الخفض وهي : من وإلى وعن وعلى وفي ورب والباء والكاف واللام وحروف القسم وهي : الواو والباء والتاء .
والفعل يعرف بقد والسين و ( سوف ) وتاء التأنيث الساكنة .
والحرف مالا يصلح معه دليل الاسم ولا دليل الفعل .

Macam-macam Kalam

Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh Ash Shanhajy) rahimahullah :
Al kalam (kalimat) adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan bahasa arab. Penyusun kalimat itu ada tiga: Isim, fi’il, dan huruf yang memiliki arti.

(1) Isim itu dapat dikenali dengan keberadaan  khafadh, tanwin, dan kemasukan alif dan lam. Huruf khafadh itu adalah :
مِنْ (dari),  إِلَى(ke), عَنْ (dari),  عَلَى(di atas),فِي (di), رُبَّ (jarang), بِ (dengan), كَ (seperti), لِ (untuk) Isim dapat dikenali juga dengan huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta.

(2) Fiil itu dikenali dengan keberadaan:
قَدْ (sungguh/terkadang), سَ (akan) ، سَوْفَ(akan) ، تَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ (ta ta’nits yang mati)

(3) Huruf itu adalah sesuatu yang tidak memenuhi ciri-ciri isim dan fi’il

*****************

باب الإعراب
Bab Al I’rab

الإعراب هو تغيير أواخر الكلم لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظاً أو تقديراً .
وأقسامه أربعة : رفع ونصب وخفض وجزم فللأسماء من ذلك الرفع والنصب والخفض ولا جزم فيها وللأفعال من ذلك الرفع والنصب والجزم ولا خفض فيها .

I’rab itu adalah berubahnya akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Pembagian i’rab itu ada empat:
  1. Rafa’
  2. Nashab
  3. Khofadh /Jar
  4. Jazm.
Setiap isim itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, khafad akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi jazm
Setiap fi’il itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, jazm akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi khafadh.


*******************
باب معرفة علامات الإعراب
BAB MENGENAL TANDA-TANDA I’RAB

TANDA ROFA'

للرفع أربع علامات : الضمة والواو والألف والنون
Rafa’ memiliki  empat tanda:
  1. Dhammah
  2. Huruf Waw
  3. Huruf Alif
  4. Huruf Nun
فأما الضمة فتكون علامة للرفع في أربعة مواضع : الاسم المفرد وجمع التكسير وجمع المؤنث السالم والفعل المضارع الذي لم يتصل بآخره شيء
Dhammah menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
  1. Isim Mufrad,
  2. Jama’ taktsir
  3. Jama’ muannas salim, dan
  4. Fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
وأما الواو فتكون علامة للرفع في موضعين : في جمع المذكر السالم وفي الأسماء الخمسة وهي : أبوك وأخوك وحموك وفوك وذو مال
Huruf Waw menjadi tanda bagi rafa’ pada  dua tempat :
  1. Jama’ mudzakkar salim, dan
  2. Isim-isim yang lima yaitu
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
(Bapak mu, saudara laki-laki mu , ipar mu, mulut mu, pemilik harta )

وأما الألف فتكون علامة للرفع في تثنية الأسماء خاصة
Huruf Alif menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu

وأما النون فتكون علامة للرفع في الفعل المضارع إذا اتصل به ضمير التثنية أو ضمير جمع أو ضمير المؤنثة المخاطبة
Huruf Nun menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan:
  1. dhamir tatsniyah,
  2. dhamir jama’, dan
  3. dhamir muannats mukhatabah


TANDA NASHAB

وللنصب خمس علامات : الفتحة والألف والكسرة والياء وحذف النون
B. Nashab memiliki  lima tanda:
  1. Fathah
  2. Huruf alif
  3. kasrah
  4. Huruf Ya
  5. Hadzfunnuun (membuang nun) 
فأما الفتحة فتكون علامة للنصب في ثلاثة مواضع : في الاسم المفرد وجمع التكسير والفعل المضارع إذا دخل عليه ناصب ولم يتصل بآخره شيء
Fathah menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
  1. Pada Isim Mufrad
  2. Jama’ taksir, dan
  3. fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatupun
وأما الألف فتكون علامة للنصب في الأسماء الخمسة نحو : رأيت أباك وأخاك وما أشبه ذلك
Huruf Alif menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاك (aku melihat bapakmu dan saudaramu) dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.

وأما الكسرة فتكون علامة للنصب في جمع المؤنث السالم
Kasrah menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim

وأما الياء فتكون علامة للنصب في التثنية والجمع
Huruf Ya menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’ (mudzakkar salim)

وأما حذف النون فيكون علامة للنصب في الأفعال الخمسة التي رفعها بثبوت النون
Hadzfunnuun (membuang huruf nun), menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.


TANDA JAR

وللخفض ثلاث علامات : الكسرة والياء والفتحة
Khafadh memiliki  3 tanda:   
  1. Kasrah
  2. Huruf Ya
  3. Fathah
فأما الكسرة فتكون علامة للخفض في ثلاثة مواضع : في الاسم المفرد المنصرف وجمع التكسير المنصرف وجمع المؤنث السالم
Kasrah menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
  1. Isim Mufrad yang menerima tanwin
  2. jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
  3. jama’ muannats salim
وأما الياء فتكون علامة للخفض في ثلاثة مواضع : في الأسماء الخمسة وفي التثنية والجمع
Huruf ya menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
  1. Pada isim-isim yang lima (al asmaul khamsah)
  2. Isim Tatsniyah, dan
  3. jama’
وأما الفتحة فتكون علامة للخفض في الاسم الذي لا ينصرف
Fathah menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin (isim ghairu munsharif)


TANDA JAZM

وللجزم علامتان : السكون والحذف
Jazm memiliki  2 tanda:
  1. Sukun
  2. Al hadzfu (membuang)
فأما السكون فيكون علامة للجزم في الفعل المضارع الصحيح الآخر
Sukun menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya

وأما الحذف فيكون علامة للجزم في الفعل المضارع المعتل الآخر وفي الأفعال الخمسة التي رفعها بثبات النون
Al hadzfu menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
فَصْلٌ اَلْمُعْرَبَاتُ

Fashl (pasal), Kata-kata yang di-Irab

الْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ . وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بالْحُرُوفِ
Kata yang di- i’rab itu ada dua:
  1. Kata yang di-i’rab dengan harkat (baris)
  2. Kata yang di-i’rab dengan huruf.

فَالَّذِي يُعْرَبُ بالْحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : الاِسْمُ الْمُفْرَدُ ، وَجَمْعُ التَّكْسِيرِ ، وَجَمْع الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ ، وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعُ الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بآخِرِهِ شَيْءٌ
Kata  yang di-i’rab dengan baris itu ada empat macam :
  1. Isim Mufrad
  2. Jama’ taktsir
  3. Jama’ muannats salim, dan
  4. Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatu

وكلُّها . تُرفَع بالضَّمَّة وتُنصَب بالفتحة ، وتُخفَض بالكسرة ، وتُجزَم بالسكون. وخرج عن ذلك ثلاثة أشياء : جمع المؤنث السالم يُنصب بالكسرة ، والاسمُ الذي لا ينصرف يخفض بالفتحة ، والفعل المضارع المعتلُّ الآخر يُجْزَم بحذف آخره
Semua kata itu di-rafa’-kan dengan dhammah, di-nashab-kan dengan fathah, dan di-jazm-kan dengan sukun kecuali untuk tiga kondisi;
  1. jama’ muannats salim di-nashab-kan dengan kasrah
  2. Isim ghairu munsharif di-khafadh-kan dengan fathah
  3. fi’il mudhari’ mu’tal di-jazm-kan dengan membuang akhirnya

والذي يعرب بالحروف أربعة أنواع : التثنية وجمع المذكر السالم ، والأسماء الخمسة ، والأفعال الخمسة ، وهي : يفعلان ، وتفعلان ، ويفعلون ، وتفعلون ، وتفعلين
Kata yang di-i’rab dengan huruf itu ada empat macam :
  1. Isim Tatsniyah
  2. Jama’ mudzakkar salim
  3. isim-isim yang lima, dan
  4. fi’il-fiil yang lima, yaitu: يَفْعَلَانِ، وَتَفْعَلَانِ، وَيَفْعَلُونَ، وَتَفْعَلُونَ، وَتَفْعَلِينَ

فأما التثنية فترفع بالألف وتنصب وتخفض بالياء
Isim tatsniyah : di-rafa’-kan dengan huruf alif, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

وأما جمع المذكر السالم فيرفع بالواو وينصب ويخفض بالياء
Jama’ mudzakkar salim: dirafa’kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

أما الأسماء الخمسة فترفع بالواو وتنصب بالألف ، وتخفض بالياء
Isim-isim yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf alif, dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

وأما الأفعال الخمسة فترفع بالنون وتنصب وتجزم بحذفها
Fi’il-fi’il yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf nun, di-nashab-kan serta di-jazm-kan dengan membuang huruf nun.


*******************

فَصْلٌ اَلْمُعْرَبَاتُ
Fashl (pasal), Kata-kata yang di-Irab

الْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ . وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بالْحُرُوفِ
Kata yang di- i’rab itu ada dua:
  1. Kata yang di-i’rab dengan harkat (baris)
  2. Kata yang di-i’rab dengan huruf.

فَالَّذِي يُعْرَبُ بالْحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : الاِسْمُ الْمُفْرَدُ ، وَجَمْعُ التَّكْسِيرِ ، وَجَمْع الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ ، وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعُ الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بآخِرِهِ شَيْءٌ
Kata  yang di-i’rab dengan baris itu ada empat macam :
  1. Isim Mufrad
  2. Jama’ taktsir
  3. Jama’ muannats salim, dan
  4. Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatu

وكلُّها . تُرفَع بالضَّمَّة وتُنصَب بالفتحة ، وتُخفَض بالكسرة ، وتُجزَم بالسكون. وخرج عن ذلك ثلاثة أشياء : جمع المؤنث السالم يُنصب بالكسرة ، والاسمُ الذي لا ينصرف يخفض بالفتحة ، والفعل المضارع المعتلُّ الآخر يُجْزَم بحذف آخره
Semua kata itu di-rafa’-kan dengan dhammah, di-nashab-kan dengan fathah, dan di-jazm-kan dengan sukun kecuali untuk tiga kondisi;
  1. jama’ muannats salim di-nashab-kan dengan kasrah
  2. Isim ghairu munsharif di-khafadh-kan dengan fathah
  3. fi’il mudhari’ mu’tal di-jazm-kan dengan membuang akhirnya

والذي يعرب بالحروف أربعة أنواع : التثنية وجمع المذكر السالم ، والأسماء الخمسة ، والأفعال الخمسة ، وهي : يفعلان ، وتفعلان ، ويفعلون ، وتفعلون ، وتفعلين
Kata yang di-i’rab dengan huruf itu ada empat macam :
  1. Isim Tatsniyah
  2. Jama’ mudzakkar salim
  3. isim-isim yang lima, dan
  4. fi’il-fiil yang lima, yaitu: يَفْعَلَانِ، وَتَفْعَلَانِ، وَيَفْعَلُونَ، وَتَفْعَلُونَ، وَتَفْعَلِينَ

فأما التثنية فترفع بالألف وتنصب وتخفض بالياء
Isim tatsniyah : di-rafa’-kan dengan huruf alif, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

وأما جمع المذكر السالم فيرفع بالواو وينصب ويخفض بالياء
Jama’ mudzakkar salim: dirafa’kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

أما الأسماء الخمسة فترفع بالواو وتنصب بالألف ، وتخفض بالياء
Isim-isim yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf alif, dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.

وأما الأفعال الخمسة فترفع بالنون وتنصب وتجزم بحذفها
Fi’il-fi’il yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf nun, di-nashab-kan serta di-jazm-kan dengan membuang huruf nun.

*******************

باب الأفعال

Bab Fi’il-fi’il (Kata Kerja)

الأفعال ثلاثة : ماضٍ ومضارع وأمر نحو : ضرب ويضرب واضرب .

Fi’il itu ada tiga :1. Fiil Madhi2. Fiil Mudhari’3. Fiil AmrContohnya ضَرَبَ(madhi), (mudhari’) , يَضْرِبُ (‘amr) اِضْرِبْ

فالماضي مفتوح الآخر أبداً .

Fiil Madhi itu selalu di-fathah-kan

والأمر مجزوم أبداً .

Fiil amar selalu di-jazm-kan

والمضارع ما كان في أوله إحدى الزوائد الأربع التي يجمعها قولك ( أنيت ) وهو مرفوع أبداً حتى يدخل عليه ناصب أو جازم .

Fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan yang empat yang terkumpul dalam perkataan أَنَيْتُ(hamzah, nun, ya, dan ta). Fiil mudhari’ itu selalu di-rafa’-kan kecuali ada amil (huruf) nashab atau jazm yang masuk padanya.

فالنواصب عشرة وهي :

Amil nashab (hal yang me-nashab-kan) itu ada sepuluh, yaitu:

أنْ و لن و إذن وكي و لام كي و لام الجحود و حتى و الجواب بالفاء و الواو و أو .

أَنْ(bahwa), لَنْ(tak akan), إِذَنْ (jadi, kalau begitu), كَيْ (supaya), لَامُ كَيْ(lam dengan makna supaya), لَامُ اَلْجُحُودِ (lam pengingkaran), حَتَّى (sehingga), الْجَوَابُ بِالْفَاءِ, الْوَاوِ, أَوْ(kalimat jawab dengan fa, wa, dan aw).

والجوازم ثمانية عشر وهي :

Amil jazm (hal yang me-jazam-kan) itu ada delapan belas, yaitu :

لم ، ولما ، و ألمْ ، وألمَّا ، ولام الأمر والدعاء ، و ( لا ) في النهي والدعاء ، وإن ، وما ومهما ، وإذ ، وإذما ، وأي ، ومتى ، وأين ، وأيان ، وأنَّى ، وحيثما ، وكيفما ، وإذاً في الشعر خاصة .

لَمْ (tidak), لَمَّا(belum), أَلَمْ(tidakkah?), أَلَمَّا(belumkah?), لَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ(Lam untuk perintah dan permohonan), ”لَا” فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ(la untuk larangan dan permohonan), إِنْ (jika)،مَا (apa)، مَنْ (siapa)،مَهْمَا(apapun), إِذْمَا (kalau)، أَيٌّ (mana, sesuatu apa)، مَتَى(kapan), أَيْنَ (dimana) أَيَّانَ (kapan), أَنَّى(bagaimana), حَيْثُمَا(dimanapun), كَيْفَمَا(bagaimanapun), إِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. (dan “Jika demikian” pada syair tertentu)

******************* 

باب مرفوعات الأسماء

Bab Isim-isim yang Dirafa’kan

المرفوعات سبعة وهي : الفاعل ، والمفعول الذي لم يسم فاعله ، والمبتدأ ، وخبره واسم كان وأخواتها وخبر إن وأخواتها والتابع للمرفوع وهو أربعة أشياء : النعت والعطف والتوكيد والبدل

Isim-isim yang di-rafa’-kan itu ada tujuh :1. Isim Faa’il2. Isim Maf’ul yang tidak disebut failnya (naaibul fa’il)3. Mubtada4. khabar mubtada5. Isim Kaana dan saudara-saudaranya6. khabar inna dan saudara-saudaranya7. pengikut dari yang di-rafa’-kan, yaitu ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal

*******************


باب الفاعل

Bab Faa’il (Pelaku)

الفاعل هو : الاسم المرفوع المذكور قبله فعله .

Faa’il (pelaku) termasuk isim yang di-rafa’-kan yang disebut setelah fi’il (perbuatan) nya. 

وهو على قسمين : ظاهر ومضمر .

Dan faa’il itu ada dua jenis:1. Faa’il isim dzhahir2. Faa’il isim dhamir

فالظاهر نحو قولك : قام زيد ويقوم زيد وقام الزيدان ويقوم الزيدان وقام الزيدون ويقوم الزيدون وقام الرجال ويقوم الرجال وقامت هند ، وتقوم هند ، وقامت الهندان ، وتقوم الهندان ، وقامت الهندات ، وتقوم الهندات ، وتقوم الهنود ، وقام أخوك ، ويقوم أخوك ، وقام غلامي ، ويقوم غلامي ، وام أشبه ذلك .

Faa’il isim dzhahir itu contohnya seperti:

قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ, وَقَامَ الزَّيْدَانِ, وَيَقُومُ الزَّيْدَانِ, وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ الزَّيْدُونَ, وَقَامَ اَلرِّجَالُ, وَيَقُومُ اَلرِّجَالُ, وَقَامَتْ هِنْدٌ, وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ, وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ, وَتَقُومُ الْهِنْدَانِ, وَقَامَتْ الْهِنْدَاتُ, وَتَقُومُ الْهِنْدَاتُ, وَقَامَتْ اَلْهُنُودُ, وَتَقُومُ اَلْهُنُودُ, وَقَامَ أَخُوكَ, وَيَقُومُ أَخُوكَ, وَقَامَ غُلَامِي, وَيَقُومُ غُلَامِي,(Zaid telah berdiri, Zaid sedang berdiri, Dua orang (bernama) Zaid telah berdiri, Dua orang (bernama) Zaid sedang berdiri, Orang-orang (bernama) Zaid telah berdiri, Orang-orang (bernama) Zaid sedang berdiri, Para laki-laki telah berdiri, Para laki-laki sedang berdiri, Hindun telah berdiri, Hindun sedang berdiri, Dua orang (bernama) Hindun telah berdiri, Dua orang (bernama) Hindun sedang berdiri, Orang-orang bernama hindun telah berdiri, Orang-orang bernama hindun sedang berdiri, Hindun-hindun telah berdiri, Hindun-Hindun Sedang berdiri, Saudara laki-laki mu telah berdiri, Saudara laki-laki mu sedang berdiri, Budak ku telah berdiri, Budak ku sedang berdiri )

والمضمر اثنا عشر ، نحو قولك : (( ضربت ، وضربنا ، وضربتَ ، وضربتِ ، وضربتما وضربتم ، وضربتن ، وضرب ، وضربتْ ، وضربا ، وضربوا ، وضربن ))

Faa’il isim dhamir itu ada 12, yaitu :

ضَرَبْتُ, وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ, وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ, وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا, وَضَرَبُوا, وضربن(aku telah memukul, kami telah memukul, kamu (lk) telah memukul, kamu (lk) telah memukul, , kalian berdua telah memukul, kalian (lk) telah memukul, kalian (pr) telah memukul, dia (lk) telah memukul, dia (pr) telah memukul, mereka berdua telah memukul, mereka (lk) telah memukul, mereka (pr) telah memukul)

******************* 

باب المفعول الذي لم يسم فاعله

Bab Maf’ul yang tidak disebut Faa’ilnya (Naaibul faa’il)

وهو : الاسم ،المرفوع ،الذي لم يذكر معه فاعله.Naaibul faa’il adalah isim yang di-rafa’-kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya

فإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره ،Jika fi’il madhi maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan satu huruf sebelum huruf terakhir dikasrahkan

وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره .Jika fi’il mudhari’ maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan dan satu huruf sebelum huruf terakhir difathahkan.

وهو قسمين : ظاهر ،ومضمر.Naa’ibul faa’il itu ada dua:1. Naaibul faa’il isim dzhahir2. Naaibul faa’il isim dhamir.

فالظاهر نحو قولك (ضرب زيد)و(يضرب زيد)و(أكرم عمرو)و(يكرم عمرو) .

Naaibul faa’il isim dzhahir itu contohnya :ضُرِبَ زَيْدٌ” وَ”يُضْرَبُ زَيْدٌوَ”أُكْرِمَ عَمْرٌو” وَ”يُكْرَمُ عَمْرٌو(Zaid telah dipukul, Zaid sedang dipukul, ‘Amr telah dimuliakan, ‘Amr sedang dimuliakan)

والمضمر نحو قولك (ضربت) وضربنا ، وضربت ، وضربت ، وضربتما ، وضربتم ، وضربتن ، وضرب ، وضربت ، وضربا ، وضربوا ، وضربن .

Naaibul faa’il isim dhamir contohnya:ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا, وَضُرِبْتَ, وَضُرِبْتِ, وَضُرِبْتُمَا, وَضُرِبْتُمْ, وَضُرِبْتُنَّ, وَضُرِبَ, وَضُرِبَتْ, وَضُرِبَا, وَضُرِبُوا, وضُربن(aku telah dipukul, kami telah dipukul, kamu (lk) telah dipukul, kamu (lk) telah dipukul, , kalian berdua telah dipukul, kalian (lk) telah dipukul, kalian (pr) telah dipukul, dia (lk) telah dipukul, dia (pr) telah dipukul, mereka berdua telah dipukul, mereka (lk) telah dipukul, mereka (pr) telah dipukul)

*******************


باب المبتدأ والخبر

Bab Mubtada dan khabar

المبتدأ : هو الاسم المرفوع العاري عن العوامل اللفظية .

Mubtada adalah isim yang di-rafa’-kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh

و الخبر : هو الاسم المرفوع المسند إليه, نحو قولك ((زيد قائمٌ )) و ((الزيدان قائمان)) و ((الزيدون قائمون )) و 

Khabar adalah isim yang di-rafa’-kan yang disandarkan kepada mubtada’. Contohnya:“زَيْدٌ قَائِمٌ” وَ”الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ” وَ”الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ “ (Zaid berdiri, Dua orang Zaid berdiri, Zaid-zaid (orang-orang yang bernama zaid) berdiri)

المبتدأ قسمان : ظاهر و مضمر .

Mubtada itu ada dua jenis:1. Mubtada isim dzahir2. Mubtada isim dhamir

فالظاهر ما تقدم ذكره .

Mubtada isim dzahir itu sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti contoh di atas)

و المضمر اثنا عشر , وهي : أنا , ونحن ، وأنت , وأنتِ , وأنتما , وأنتم , وأنتن , وهو , وهي , وهما , وهم , وهن ,

Sedangkan Mubtada isim dhamir itu ada dua belas :أَنَا وَنَحْنُ وَأَنْتَ وَأَنْتِ وَأَنْتُمَا وَأَنْتُمْ وَأَنْتُنَّ وَهوَ وهِيَ وَهُمَا وَهُمْ وَهُنَّ(saya, kami, kamu (lk), kamu (pr), kalian berdua, kalian (lk), kalian (pr), dia (lk), dia (pr), mereka berdua, mereka (lk), mereka (pr))

نحو قولك (( أنا قائم )) و ((نحن قائمون )) وما أشبه ذلك .

Contohnya :(أَنَا قَائِمٌ) وَ(نَحْنُ قَائِمُوْنَ)(saya berdiri, kami berdiri))Dan contoh lain yang serupa 

و الخبر قسمان :مفرد ؛ و غير مفرد .

Khabar itu ada dua jenis:1. Khabar mufrad2. Khabar ghair mufrad

(فالمفرد نحو (زيد قائم 
Khabar mufrad itu contohnya زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri)

وغير المفرد أربعة أشياء : الجار و المجرور , و الظرف , و الفعل مع فاعله , و المبتدأ مع خبره , نحو قولك : ((زيد في الدار , وزيد عندك , وزيد قام أبوه , و زيد جاريته ذاهبة ))

Sedangkan khabar ghair mufrad itu ada empat :1. Jar dan majrur 2. dzharaf3. fi’il beserta faa’ilnya4. Mubtada beserta khabarnya.Contohnya:زَيْدٌ فِى الدَّارِ وَزَيْدٌ عِنْدَكَ وَزَيْدٌ قَامَ اَبُوْهُ وَزَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ(Zaid ada di dalam rumah, Zaid ada di sisi mu, Zaid itu berdiri bapaknya, Zaid itu budaknya pergi)


*******************

باب العوامل الداخلة على المبتدأ و الخبر

Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar


وهي ثلاثة أشياء : كان و أخواتها , و إن وأخواتها , وظننت و أخواتها.

Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam:1. Kaana dan yang semisal Kaana,2. Innna dan yang semisal Inna3. Dzhanna (dzhanantu) dan yang semisal Dzhanna4. Kaana dan saudara-saudaranya 

فأما كان و أخواتها , فإنها ترفع الاسم , وتنصب الخبر

Kaana dan saudara-saudaranya itu me-rafa’-kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar.

وهي : كان , و أمسى , و أضحى , و ظل , و بات , و صار , و ليس , و مازال , و ما انفك , و ما فتئ , و ما برح , و ما دام 

kaana dan suadara-saudaranya adalah :كَانَ (ada,terjadi), أَمْسَى(memasuki waktu sore), أَصْبَحَ (memasuki waktu pagi), أَضْحَى(memasuki waktu dhuha), ظَلَّ (pada waktu siang), بَاتَ (pada waktu malam), صَارَ(menjadi), لَيْسَ (tidak), مَا زَالَ (senantiasa), مَا اِنْفَكَّ (senantiasa), مَا فَتِئَ (senantiasa), مَا بَرِحَ(senantiasa), مَا دَامَ (senantiasa)

و ما تصرف منها نحو : كان , و يكون , و كن , و أصبح , و يصبح , و أصبح , تقول : ((كان زيد قائماً , و ليس عمر شاخصا )) و ما أشبه ذلك .

Termasuk juga tashrif (perubahan kata) dari kata-kata di atas, seperti :َ كَانَ, وَيَكُونُ, وَكُنْ, وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ وَأَصْبِحْ(telah terjadi, sedang terjadi, jadilah! – Telah memasuki waktu pagi, sedang memasuki waktu shubuh, masukilah waktu shubuh!) Contohnya : “كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا, وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا” (Zaid telah berdiri, ‘Amr tidak pergi) dan contoh lain yang serupa

أما إن و أخواتها فإنها تنصب الاسم و ترفع الخبر

Inna dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan me-rafa’-kan khabar

وهي إن،وأن ،ولكن ، وكأن ، وليت ، ولعل ،تقول :إن زيدا قائم ، وليت عمرا شاخص ، وما أشبه ذلك

Inna dan saudara-saudaranya adalah :إِنَّ (sesungguhnya)، أَنَّ (sesungguhnya)، لَكِنَّ (akan tetapi)، كَأَنَّ (seakan-akan)، لَيْتَ (andai)، لَعَلَّ(agar, supaya) contohnya : إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ، وَلَيْتَ عَمْرًا شَاخِصٌ (sesungguhnya Zaid berdiri, Andai ‘Amr pergi) dan contoh lain yang serupa.

ومعنى إن وأن للتوكيد ، ولكن للاستدراك ، وكأن للتشبيه ، وليت للتمني ، ولعل للترجي والتوقع.

Makna إِنَّ dan أَنَّ adalah untuk taukid (penekanan), لَكِنَّ untuk istidraak (mempertentangkan), كَأَنَّ untuk tasybih (penyerupaan), لَيْتَ untuk tamanniy (pengandaian), لَعَلَّ untuk tarajiy (pengharapan kebaikan) dan tawaqqu’ (ketakutan dari nasib buruk).

وأما ظننت وأخواتها فإنها تنصب المبتدأ والخبر على أنهما مفعولان لها

Zhanantu (zhanna) dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan khabar) adalah maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya

وهي : ظننت , وحسبت , وخلت , وزعمت , ورأيت , وعلمت , ووجدت , واتخذت , وجعلت , وسمعت ؛ تقول : ظننت زيداً قائما , ورأيت عمراً شاخصا , وما أشبه ذلك .

Zhanantu dan saudara-saudaranya itu :ظَنَنْتُ (saya telah menyangka)، وَحَسِبْتُ (saya telah mengira)، وَخِلْتُ (saya telah membayangkan)، وَزَعَمْتُ(saya telah menduga) وَرَأَيْتُ (saya telah melihat)، وَعَلِمْتُ (saya telah mengetahui)، وَوَجَدْتُ (saya telah mendapatkan)، وَاتَّخَذْتُ (saya telah menjadikan)،وَجَعَلْتُ (saya telah menjadikan)، وَسَمِعْتُ (saya telah mendengar)؛Contohnya: ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًا (Aku telah menyangka Zaid pergi, Aku telah melihat ‘Amr pergi) dan contoh lain yang menyerupainya.


*******************
باب النعت
Bab Na’at (sifat)

النعت : تابع للمنعوت في رفعه و نصبه و خفضه , وتعريفه وتنكيره ؛ قام زيد العاقل , ورأيت زيدا العاقل , ومررت بزيد العاقل .

Na’at (sifat) itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa’, nashab, khafad, ma’rifat, dan nakirah nya. Contohnya: قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ. (Zaid yang berakal telah berdiri, aku melihat zaid yang berakal, aku berjalan bersama zaid yang berakal)

و المعرفة خمسة أشياء : الاسم المضمر نحو : أنا و أنت, و الاسم العلم نحو : زيد و مكة , و الاسم المبهم نحو : هذا وهذه وهؤلاء والاسم الذي فيه الألف واللام نحو : الرجل والغلام , وما أضيف إلى واحد من هذه الأربعة .

Ma’rifat (kata khusus) itu ada lima:1. Isim Dhamir (kata ganti), contohnya : أَنَا (saya) dan أَنْتَ (kamu)2. Isim Alam (nama), contohnya: (Zaid)زَيْدٍ(mekkah) dan مَكَّةَ3. Isim Mubham (kata tunjuk), contohnya : (ini, mudzakkar) هَذَا, (ini, muanats) هَذِهِ,(ini, banyak) هَؤُلَاءِ4. Isim yang terdapat alif lam (al), contohnya: (laki-laki) اَلرَّجُلُ dan(anak muda/pembantu) الْغُلَامُ5. isim yang di-idhafahkan kepada salah satu dari keempat isim ma’rifat ini (isim Dhami, isim alam. Isim mubham, dan isim yang terdapat alif lam)

والنكرة : كل اسم شائع في جنسه لا يختص به واحد دون آخر ,وتقريبه : كل ما صلح دخول الألف و اللام عليه , نحو الرجل و الفرس .

Nakirah (kata umum) adalah setiap isim yang tersebar (beraneka ragam) pada jenisnya ,tidak tertentu pada sesuatupun. Ringkasnya, nakirah adalah setiap isim yang dapat menerima alif lam, contohnya: (laki-laki) اَلرَّجُلُ dan(anak muda) الْغُلَامُ


*******************
باب العطف
Bab ‘Athaf

و حروف العطف عشرة , وهي : الواو , والفاء , وثم , وأو , وأم , وإما ، وبل , ولا ,ولكن , وحتى في بعض المواضع .

Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu :وَ (dan)، فَ (maka), ثُمَّ (kemudian), أَوْ (atau), أَمْ (ataukah), إِمَّا (adakalanya), بَلْ (bahkan) , لَا(tidak), لَكِنْ(akan tetapi), حَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ (Hatta (Sehingga) pada sebagian tempat)

فإن عطفت على مرفوع رفعت , أو على منصوب نصبت , أو على مخفوض خفضت , أو على مجزوم جزمت , تقول : ((قام زيد وعمرو , ورأيت زيدا و عمرا , ومررت بزيد وعمرو , وزيد لم يقم ولم يقعد )).

Jika kamu athaf-kan dalam keadaan rafa’ maka kamu rafa’a-kan, dalam keadan nashab maka kamu nashab-kan, dalam keadaan khafad maka kamu khafadh-kan, dalam keadaan jazm maka kamu jazm-kan. Contohnya :“قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو, وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو, وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ(Zaid dan ‘Amr telah berdiri, Aku melihat Zaid dan ‘Amr, Aku berjalan bersama Zaid dan ‘Amr, Zaid sedang tidak berdiri, tidak pula duduk)


*******************

باب التوكيد

Bab Taukid (menekankan atau menguatkan)

التوكيد : (( تابع للمؤكد في رفعه ونصبه وخفضه وتعريفه وتنكيره ))Taukid itu mengikuti yang diperkuat dalam keadaan rafa’-nya, nashab-nya, khafadh-nya, dan ma’rifah-Nakirah-nya.

ويكون بألفاظ معلومة, وهي : النفس , والعين , وكل , وأجمع

Taukid itu telah tertentu lafadzh-lafazhnya, yaitu :اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ (diri, diri, setiap, seluruh)

وتوابع أجمع , وهي : أكتع , وأبتع , وأبصع , تقول : قام زيد نفسه , ورأيت القوم كلهم , ومررت بالقوم أجمعين 

Dan yang mengikuti ajma’u, yaitu:أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ (semuanya bermakna seluruh) Contohnya :قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ.(Zaid benar-benar telah berdiri, Aku benar-benar melihat semua orang, Aku benar-benar berjalan dengan semua orang)


*******************

باب البدل

Bab Badal (pengganti)

إذا أبدل اسم أو فعل من فعل تبعه في جميع إعرابه .Apabila di-badal-kan (diganti) isim dengan isim atau fi’il dengan fi’il maka badal (kata ganti) nya mengikuti kata yang diganti pada seluruh i’rabnya

وهو على أربعة أقسام : بدل الشيء من الشيء , وبدل البعض من الكل , وبدل الاشتمال , وبدل الغلط

Badal itu ada empat :1. بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْء Badal Syai' min Syai'2. بَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ اَلْكُلِّ Badal Ba'dh min Kull3. بَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ Badal Isytimal4. وَبَدَلُ اَلْغَلَطِ Badal Ghalath

نحو قولك : ((قام زيد أخوك ,وأكلت الرغيف ثلثه , ونفعني زيد علمه , ورأيت زيداً الفرس )) , أردت أن تقول الفرس فغلطت فأبدلت زيداً منه .

Contohnya:“قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ, وَأَكَلْتُ اَلرَّغِيفَ ثُلُثَهُ, وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَ(Zaid, saudaramu, telah berdiri – Aku makan roti sepertiganya – Ilmu Zaid bermanfaat untuk ku – Aku melihat Zaid, (maaf) maksudnya kuda)Sebetulnya yang ingin kau ucapkan adalah “Aku melihat kuda”, akan tetapi kamu salah ucap dan kamu ganti dengan “Aku melihat Zaid”.


*******************

باب منصوبات الأسماء
Bab Isim-isim Yang dinashabkan

المنصوبات خمسة عشر : وهي المفعول به والمصدر وظرف المكان والزمان والحال والتمييز والمستثنى واسم لا والمنادى والمفعول من أجله والمفعول معه وخبر كان وأخواتها واسم إن وأخواتها .
والتابع للمنصوب وهو أربعة أشياء : النعت والعطف والتوكيد والبدل .

Isim-isim yang dinashabkan itu ada lima belas:
1. Maf’ul bih
2. Mashdar
3. Dzharaf zaman
4. Dzharaf makan
5. Hal
6. Tamyiz
7. Mustatsna
8. Isim Laa
9. Munada
10. Maf’ul min ajlih
11. Maf’ul ma’ah
12. Khabar kaana
13. Isim inna
14. khabar dari isim yang semisal  kaana dan isim dari isim yang semisal  inna
15. Pengikut dari yang di-nashab-kan, yaitu ada empat : na’at, ‘athaf, taukid, dan badal


*******************

باب المفعول به
Bab Maf’ul bih (objek)

وهو : الاسم المنصوب الذي يقع عليه الفعل نحو قولك : ضربت زيداً وركبت الفرس .
Maf’ul bih termasuk isim yang di-nashab-kan yang dikenakan padanya suatu perbuatan. Contohnya : ضَرَبْتُ زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ  (Aku telah memukul Zaid, Aku telah menunggangi kuda)
وهو قسمان : ظاهر ومضمر .
Maf’ul bih itu ada dua jenis:
maf’ul bih dzhahir dan
maf’ul bih dhamir.

فالظاهر ما تقدم ذكره ، والمضمر قسمان : متصل ومنفصل .
Maf’ul bih dzhahir telah dijelaskan sebelumnya (pada contoh di atas), sedangkan maf’ul bih dhamir itu terbagi menjadi dua:
Muttashil (bersambung)
Munfashil (terpisah)

فالمتصل اثنا عشر وهي : ضربني وضربنا وضربك وضربكما وضربكم وضربكن وضربه وضربها وضربهما وضربهم وضربهن .
Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas, yaitu :
ضَرَبَنِي, وَضَرَبَنَا, وَضَرَبَكَ, وَضَرَبَكِ, وَضَرَبَكُمَا, وَضَرَبَكُمْ, وَضَرَبَكُنَّ, وَضَرَبَهُ, وَضَرَبَهَا, وَضَرَبَهُمَا, وَضَرَبَهُمْ, وَضَرَبَهُنَّ

Dia (lk) telah memukul aku, Dia (lk) telah memukul kami,  Dia (lk) telah memukul kamu (lk),  Dia (lk) telah memukul kamu (pr),  Dia (lk) telah memukul kalian berdua,  Dia (lk) telah memukul kalian (lk),  Dia (lk) telah memukul kalian (pr),  Dia (lk) telah memukulnya (lk),  Dia (lk) telah memukulnya (pr),  Dia (lk) telah memukul mereka berdua,  Dia (lk) telah memukul mereka (lk), Dia (lk) telah memukul mereka (pr)

والمنفصل اثنا عشر وهي : إياي وإيانا وإياك وإياكما وإياكم وإياكن وإياه وإياها وإياهما وإياهم وإياهن .

Maf’ul bih dhamir munfashil ada dua belas, yaitu:
إِيَّايَ, وَإِيَّانَا, وَإِيَّاكَ, وَإِيَّاكِ, وَإِيَّاكُمَا, وَإِيَّاكُمْ, وَإِيَّاكُنَّ, وَإِيَّاهُ, وَإِيَّاهَا, وَإِيَّاهُمَا, وَإِيَّاهُمْ, وَإِيَّاهُنَّ.

*******************

باب المصدر
Bab Mashdar

المصدر هو : الاسم المنصوب الذي يجئ ثالثا في تصريف الفعل نحو : ضرب يضرب ضربا.
Mashdar adalah isim yang di-nashab-kan yang menempati tempat ketiga dalam tashrif fi’il. Contohnya : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا (telah memukul – sedang memukul – pukulan)

*******************

باب المفعول المطلق
Bab Maf'ul Muthlaq

وهو قسمان : لفظي ومعنوي
Maf'ul Muthlaq/Mashdar terbagi dua :
1. Lafdzhy
2. Ma’nawy

 فإن وافق لفظه لفظ فعله فهو لفظي نحو : قتلته قتلا
Mashdar Lafdzhy
Jika lafazdh mashdarnya sama dengan lafadzh fi’ilnya maka itu termasuk mashdar lafdzhy contohnya : قَتَلْتُهُ قَتْلًا (aku benar-benar membunuhnya)

 وإن وافق معنى فعله دون لفظه فهو معنوي نحو : جلست قعوداً , وقمت وقوفاً , وما أشبه ذلك .
Mashdar Ma’nawy
Jika yang sama maknanya saja  tetapi lafadznya tidak sama, maka itu adalah mashdar ma’nawy. Contohnya : جَلَسْتُ قُعُودًا, ، وقمت وُقُوفًا (aku benar-benar duduk, aku benar-benar berdiri)


*******************

باب ظرف الزمان و ظرف المكان
Bab zharaf Zaman (keterangan waktu) dan zaharaf Makan (keterangan tempat)

ظرف الزمان هو : اسم الزمان المنصوب بتقدير (( في )) نحو اليوم والليلة وغدوة وبكرة وسحرا وغدا وعتمة وصباحا ومساء وأبدا وأمدا وحينما .وما أشبه ذلك .
zharaf zaman itu adalah isim zaman yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di). Contoh zharaf zaman :
اَلْيَوْمِ, اللَّيْلَةِ, غَدْوَةً, بُكْرَةً, سَحَرًا, غَدًا, عَتَمَةً, صَبَاحًا, مَسَاءً, أَبَدًا, أَمَدًا, حِينًا
(di pagi hari, di malam hari, di pagi hari, di pagi hari, di waktu sahur, besok, di waktu malam, di waktu shubuh, di sore hari, selama-lamanya, besok-besok, suatu ketika)

وظرف المكان هو : اسم المكان المنصوب بتقدير (( في )) نحو : أمام وخلف وقدّام ووراء وفوق وتحت وعند وإزاء وحذاء وتلقاء وثم وهنا . وما أشبه ذلك .
zharaf makan adalah isim makan yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di). Contohnya:
أَمَامَ, خَلْفَ, قُدَّامَ, وَرَاءَ, فَوْقَ, تَحْتَ, عِنْدَ, مَعَ, إِزَاءَ, حِذَاءَ, تِلْقَاءَ, ثَمَّ, هُنَا
(di depan, di belakang, di depan, di belakang, di atas, di bawah, di sisi, bersama, di depan, di depan, di depan, di sana , di sini)


*******************

باب الحال
Bab Haal (Keterangan Kondisi)

الحال هو : الاسم المنصوب المفسر لما أنبهم من الهيئات
Haal termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara atau keadaan  yang sebelumnya samar.

 نحو : (( جاء زيد راكباً )) و (( ركبت الفرس مسرجاً )) و (( لقيت عبد الله راكبا )) وما أشبه ذلك .

Contohnya :
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا” وَ”رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًاوَ”لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا
(Zaid telah datang dengan berkendaraan, aku menunggangi kuda yang berpelana, Aku menjumpai ‘Abdullah sedang berkendaraan)

ولا يكون إلا نكرة ولا يكون إلا بعد تمام الكلام ولا يكون صاحبها إلا معرفة .

Haal itu harus nakirah dan haal itu hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna dan shahibul haal itu pasti ma’rifat

*******************

باب التمييز
Bab Tamyiz (Keterangan Zat)

التمييز هو : الاسم المنصوب المفسر لما أنبهم من الذوات
Tamyiz termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan zat yang sebelumnya samara

 نحو قولك : ((تصبب زيد عرقا )) و (( تفقأ بكر شحما )) و (( طاب محمد نفسا )) و (( اشتريت عشرين كتابا )) و (( ملكت تسعين نعجة )) و (( زيد أكرم منك أبا )) و (( أجمل منك وجها )) .

Contohnya :
تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا”, وَ”تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا” وَ”طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا” وَ”اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا” وَ”مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً” وَ”زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا” وَ”أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا
(keringat zaid mengalir, lemak Bakr berlapis-lapis, badan Muhammad wangi, aku membeli 20 budak, aku memiliki 90 ekor kambing, Bapaknya Zaid lebih mulia dari mu, dan wajah Zaid lebih tampan darimu)

ولا يكون إلا نكرة ولا يكون إلا بعد تمام الكلام .

Tamyiz itu harus nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna


*******************

باب الاستثناء
Bab Istitsna (pengecualian)

وحرف الاستثناء ثمانية وهي : إلا وغير وسِوى وسُوى وسواء وخلا وعدا وحاشا .

Huruf istitsna itu ada delapan, yiatu :
إِلَّا, غَيْرُ, سِوَى, سُوَى, سَوَاءٌ, خَلَا, عَدَا, حَاشَا  
(semuanya bermakna kecuali / selain)

فالمستثنى بإلا ينصب إذا كان الكلام تاما موجبا نحو : (( قال القوم إلا زيدا )) و (( خرج الناس إلا عمرا ))

Maka mustatsna (kalimat yang di istitsnakan) dengan huruf illaa dinashabkan jika kalamnya taam mujab contohnya  :
قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا” وَ”خَرَجَ اَلنَّاسُ إِلَّا عَمْرًا
(Semua orang selain Zaid telah berdiri, Semua orang selain ‘Amr telah keluar)

 وإن كان الكلام منفيا تاما جاز فيه البدل و النصب على الاستثناء نحو: (( ما قام القوم إلا زيدٌ )) و (( إلا زيدا ))
Jika kalamnya manfiy taam, maka boleh menjadikannya badal atau menashabkannya
karena istitsna contohnya :
مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدٌ وَ مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا
(keduanya bermakna sama, semua orang selain Zaid tidak berdiri)
 وإن كان الكلام ناقصا كان على حسب العوامل نحو : ((ما قام إلا زيدٌ )) و (( ما ضربت إلا زيداً )) و (( ما مررت إلا بزيد )).

Jika kalamnya naaqish (kurang), maka i’rabnya sesuai dengan amil-amilnya,. Contohnya:
مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ” وَ”مَا ضَرَبْتُ إِلَّا زَيْدًا” وَ”مَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ
(Tidak berdiri kecuali Zaid, Tidaklah aku pukul kecuali Zaid, tidak lah aku berjalan kecuali bersama zaid )

والمستثنى بسِوى وسُوى وسواء وغير مجرور لاغير .

Mustatsna dengan kata siwaa, suwaa, sawaa-u dan ghairu maka dijarkan (selamanya) tanpa kecuali.
والمستثنى بخلا وعدا وحاشا يجوز نصبه وجره نحو : (( قام القوم خلا زيداً , وزيد )) و (( عدا عمرا و عمرو )) و ((حاشا بكراً و بكرٍ )) .

Mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka boleh kita menashabkannya atau menjarkannya. Contohnya :
قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدًا وَ قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدٍ
قَامَ اَلْقَوْمُ عَدَاعَمْرًا وَ قَامَ اَلْقَوْمُ عَدَاعَمْرٍو
قَامَ اَلْقَوْمُ حَاشَا بَكْرًا و قَامَ اَلْقَوْمُ حَاشَا َبَكْرٍ
(Semua orang berdiri kecuali Zaid, ‘Amr, dan Bakr)


*******************

بَابُ لَا

Bab Laa (penafian)

اِعْلَمْ أَنَّ “لَا” تَنْصِبُ اَلنَّكِرَاتِ بِغَيْرِ تَنْوِينٍ إِذَا بَاشَرَتْ اَلنَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ “لَا” نَحْوَ “لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
فَإِنْ لَمْ تُبَاشِرْهَا وَجَبَ اَلرَّفْعُ وَوَجَبَ تَكْرَارُ “لَا” نَحْوَ لَا فِي اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ
فَإِنْ تَكَرَّرَتْ “لَاجَازَ إِعْمَالُهَا وَإِلْغَاؤُهَا, فَإِنْ شِئْتَ قُلْتُ “لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ”.  فَإِنْ شِئْتَ قُلْتُ “لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ”.

Ketahuilah! Bahwa apabila laa (laa Nafiah, Laa penafian) bertemu langsung dengan isim nakirah maka laamenashabkan isim nakirah dengan tanpa tanwin dan laa tidak berulang-ulang. Contohnya:
لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
(tidak ada seorang pria di dalam rumah)
Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka laa wajib diulang-ulang.
Contohnya :
لَا فِي اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita)
Jika laa berulang-ulang (juga bertemu langsung dengan nakirah), maka boleh mengamalkannya (menjadikan laa sebagai amil yang menashabkan) atau menyia-nyiakannya. Maka jika kamu suka, kamu katakan :
لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita)
Dan jika kamu suka, kamu katakan:
لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ”.
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita)

**********************

بَابُ اَلْمُنَادَى


Bab Munada (Kata yang dipanggil)

اَلْمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : المفرد اَلْعَلَمُ, وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ, وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ, وَالْمُضَافُ, وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ
فَأَمَّا اَلْمُفْرَدُ اَلْعَلَمُ وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ فَيُبْنَيَانِ عَلَى اَلضَّمِّ مِنْ غَيْرِ تَنْوِينٍ, نَحْوَ “يَا زَيْدُ” وَ”يَا رَجُلُ
وَالثَّلَاثَةُ اَلْبَاقِيَةُ مَنْصُوبَةٌ لَا غَيْرُ.

Munada itu ada lima, yaitu :
1.  المفرد اَلْعَلَمُ (nama-nama)
2النَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ (nakirah yang termaksud)
3النَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ (nakirah yang tidak termaksud)
4.  الْمُضَافُ (Mudhaf)
5. الشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ (yang menyerupai mudhaf)
Adapun mufrad ‘alam dan nakirah maqsudah maka ia dimabnikan atas dhammah dengan tanpa tanwin contohnya:
يَا زَيْدُ وَيَا رَجُل
(wahai Zaid… , Wahai seorang pria…)
Dan tiga munada sisanya itu tidak lain dinashabkan.



بَابُ اَلْمَفْعُولِ مِنْ أَجْلِهِ

Bab Maf’ul min Ajlih

وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُقُوعِ اَلْفِعْلِ, نَحْوَ قَوْلِكَ “قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو” وَ”قَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ”.

Maf’ul min ajlih termasuk  isim  yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو وَقَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ.
(Zaid telah berdiri untuk memuliakan ‘Amr, Aku mendekatimu karena mengharapkan kebaikanmu)

********************

بَابُ اَلْمَفْعُولِ مَعَهُ

Bab Maf’ul Ma’ah

وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ قَوْلِكَ “جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ” وَ”اِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ”.
وأما خَبَرُ “كَانَ” وَأَخَوَاتِهَا, وَاسْمُ “إِنَّ” وَأَخَوَاتِهَا, فَقَدْ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا فِي اَلْمَرْفُوعَاتِ, وَكَذَلِكَ اَلتَّوَابِعُ; فَقَدْ تَقَدَّمَتْ هُنَاكَ.

Maf’ul ma’ah termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan penyertaan seseorang atau sesuatu dalam suatu perbuatan. Contohnya :
جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ وَاِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ
(Seorang pemimpin telah datang bersama tentaranya, Air mengalir bersama kayu)
Adapun pembahasan tentang “khabar kaana” dan “saudara-saudara kaana” dan “isim inna” dan “saudara-saudara inna”  maka sungguh telah diberikan penjelasannya pada bab isim-isim yang di-rafa’a-kan begitu juga dengan pembahasan kata pengikut yang di-nashab-kan (na’at, ‘athaf, taukid, badal)  telah dijelaskan disana.

*******************

بَابُ مَخْفُوضَاتِ الْأَسْمَاءِ


Bab Isim-isim yang Di-khafadh-kan (dijarkan)

اَلْمَخْفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ مَخْفُوضٌ بِالْحَرْفِ, وَمَخْفُوضٌ بِالْإِضَافَةِ, وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوضِ
فَأَمَّا اَلْمَخْفُوضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يَخْتَصُّ بِمِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, وَبِحُرُوفِ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ, وَبِوَاوِ رُبَّ, وَبِمُذْ, وَمُنْذُ.
وَأَمَّا مَا يُخْفَضُ بِالْإِضَافَةِ, فَنَحْوُ قَوْلِكَ “غُلَامُ زَيْدٍ” وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ مَا يُقَدَّرُ بِاللَّامِ, وَمَا يُقَدَّرُ بِمِنْ; فَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِاللَّامِ نَحْوُ “غُلَامُ زَيْدٍ” وَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِمِنْ, نَحْوُ “ثَوْبُ خَزٍّ” وَ”بَابُ سَاجٍ” وَ”خَاتَمُ حَدِيدٍ .
والله اعلم با الصواب

Isim-isim yang dikhafadhkan itu ada tiga bagian :
  1. Dikhafadhkan dengan huruf khafadh
  2. Dikhafadhkan dengan idhafah
  3. Dikhafadhkan karena mengikuti yang sebelumnya
Adapun yang dijarkan dengan huruf khafadh yaitu apa-apa yang dijarkan dengan huruf:
مِنْ(dari), إِلَى(ke), عَنْ (dari), عَلَى(di atas),فِي (di), رُبَّ (jarang), بِ (dengan), كَ (seperti), لِ (untuk)
dan dengan huruf sumpah yaitu:
اَلْوَاوُ, الْبَاءُ, التَّاءُِ
(ketiganya bermakna sumpah: demi)
dan dengan:
مُذْ(sejak) وَمُنْذُ (sejak)
Adapun yang dijarkan dengan idhafah maka contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ (pembantu Zaid) dan yang dijarkan dengan idhafah itu ada dua, pertama yang di-taqdir-kan dengan lam dan kedua yang di-taqdir-kan dengan min.
Maka yang di-taqdir-kan dengan lam (bagi, kepunyaan) contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ (pembantu (milik) Zaid)
Dan yang di-taqdir-kan dengan min (dari) contohnya: ثَوْبُ خَزٍّ (Baju (dari) sutera), بَابُ سَاجٍ (pintu (dari) kayu jati), خَاتَمُ حَدِيدٍ (Cincin (dari) besi)